Sabtu 28 Sep 2024 12:58 WIB

BRIN Kembangkan 'Senjata' Baru Lawan Hama: Biopestisida Ramah Lingkungan

Penggunaan pestisida sintetis dinilai mencemari tanah dan merusak organisme.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Petani menyemprotkan pestisida pada tanaman padi (ilustrasi). BRIN mengembangkan biopestisida dan biostimulan ramah lingkungan.
Foto: ANTARA/Arnas Padda
Petani menyemprotkan pestisida pada tanaman padi (ilustrasi). BRIN mengembangkan biopestisida dan biostimulan ramah lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah gencar melakukan riset dan pengembangan produk ramah lingkungan untuk mendukung sektor pertanian, khususnya hortikultura. Salah satu fokus utama BRIN adalah pengembangan biopestisida dan biostimulan yang efektif dan aman bagi lingkungan

"Kita menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Penggunaan pestisida sintetis mencemari tanah, merusak organisme yang bermanfaat, dan mengganggu ekosistem secara keseluruhan. Karena itu kita butuh solusi ramah lingkungan," kata Kepala Organisasi Riset Pangan dan Pertanian BRIN Puji Lestari melalui keterangan di Jakarta, Sabtu (28/9/2024).

Baca Juga

Puji mengatakan pihaknya tengah fokus pada riset pengembangan pestisida alami dengan memanfaatkan tumbuhan, mikroba, dan mineral, di mana penelitian tersebut telah menunjukkan kemajuan signifikan, terutama dalam penggunaan mikroba sebagai agen biokontrol. Ia berharap upaya ini bisa mendukung pertanian hortikultura yang berkelanjutan, dimana lebih dari 110 juta hektare lahan di Indonesia telah digunakan untuk budi daya hortikultura mencakup sayuran, buah, dan tanaman hias.

Terkait hal tersebut, peneliti di Pusat Riset Hortikultura BRIN Rasiska Tarigan menekankan pentingnya pengendalian ramah lingkungan melalui pemanfaatan mikrobioma sebagai biopestisida. Mikrobioma, yang terdiri dari mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa, memiliki peran penting dalam meningkatkan kesehatan tanaman.

"Mikroba yang hidup di sekitar akar tanaman dapat membantu memperbaiki struktur tanah, menyediakan nutrisi, dan melindungi tanaman dari hama," ujarnya.

Rasiska menyebut mikroba antagonis seperti bakteri dan jamur juga bisa dimanfaatkan sebagai biofungisida dan bioinsektisida. Menurutnya, mikroba entomopatogen merupakan agen bioinsektisida yang efektif untuk mengendalikan hama tanpa meninggalkan residu kimia, seperti Bacillus thuringiensis, yang telah digunakan sebagai bioinsektisida efektif.

"Mikroba di perakaran atau mikroba rhizosfer berperan dalam penyerapan nutrisi penting seperti nitrogen dan besi, serta mendukung proses fotosintesis," ujarnya.

Oleh karenanya peneliti BRIN terus berupaya mengembangkan produk berbasis mikroba yang dapat menjadi solusi nasional untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. "Kami berharap penelitian ini dapat menghasilkan produk skala nasional yang efektif mengatasi penyakit tanaman di berbagai kondisi, termasuk dampak perubahan iklim," ujar Rasiska Tarigan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement