Senin 21 Oct 2024 10:33 WIB

Banjir di Bangladesh Hancurkan 1,1 juta ton Beras

Bangladesh terpaksa meningkatkan impor di tengah lonjakan harga pangan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Musibah banjir di Kota Feni, Bangladesh, 26 Agustus 2024. Banjir di Bangladesh menghancurkan 1,1 juta ton beras.
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Musibah banjir di Kota Feni, Bangladesh, 26 Agustus 2024. Banjir di Bangladesh menghancurkan 1,1 juta ton beras.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Data Kementerian Pertanian Bangladesh menunjukkan banjir di negara itu menghancurkan sekitar 1,1 juta ton beras. Hal ini memaksa Bangladesh meningkatkan impor di tengah lonjakan harga pangan.

Banjir yang dibawa hujan musiman dan kiriman air dari hulu menghantam Bangladesh dalam dua gelombang pada bulan Agustus dan Oktober. Bencana ini menewaskan setidaknya 75 orang dan berdampak pada jutaan orang lainnya, terutama di wilayah timur dan utara yang mengalami kerusakan panen paling parah.

Baca Juga

Pada Ahad (20/10/2024), Kementerian Pertanian Bangladesh mengatakan banjir tahun ini menghilangkan banyak produksi beras. Seorang pejabat kementerian pangan mengatakan pemerintah segera mengimpor 500 ribu ton beras dan diperkirakan akan segera mengizinkan perusahaan swasta untuk mengimpor.

Banjir juga berdampak produk-produk pertanian lainnya, termasuk lebih dari 200 ribu ton sayur-sayuran. Total kerugian sektor pertanian Bangladesh akibat banjir pada tahun ini diperkirakan mencapai sekitar 45 miliar taka atau 380 juta dolar AS.

Bangladesh yang merupakan produsen beras terbesar di dunia biasanya memproduksi hampir 40 juta ton beras setiap tahun untuk memberi makan populasinya yang sebanyak sekitar 170 juta orang. Namun, bencana alam kerap mengganggu produksi dan mengakibatkan meningkatnya ketergantungan pada impor.

Banjir tahun ini menunjukkan kerentanan Bangladesh terhadap perubahan iklim. Pada 2015 lalu, Institut Bank Dunia memprediksi sekitar 3,5 juta oranG di Bangladesh berisiko terdampak banjir sungai tahunan. Para ilmuwan mengatakan risiko semakin memburuk akibat perubahan iklim.

“Untuk memastikan ketahanan pangan dalam menghadapi tantangan iklim yang semakin meningkat, sangat penting untuk mengembangkan lebih banyak varietas tanaman yang tahan banjir dan kekeringan, bersama dengan varietas yang berumur pendek,” kata Kepala Staf Ilmiah di Bangladesh Rice Research Institute Khandakar Mohammad Iftekharuddaula.

Ia mengatakan investasi dalam penelitian pertanian sangat penting untuk mengembangkan tanaman yang tahan banting ini. “Dengan fokus pada sifat tahan banjir dan kekeringan, kami dapat membantu petani beradaptasi dengan perubahan pola cuaca dan menstabilkan hasil panen bahkan dalam kondisi yang sulit sekalipun," katanya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement