Rabu 06 Nov 2024 13:00 WIB

Indonesia Tegaskan Komitmen Pengelolaan Sumber Daya Air

Indonesia berupaya mencapai SDG ke-6.

Bendungan Cipanas, di Desa Cibuluh, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, diresmikan pada Selasa (9/7/2024).
Foto: Dok Diskominfo Kabupaten Indramayu
Bendungan Cipanas, di Desa Cibuluh, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, diresmikan pada Selasa (9/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia menegaskan komitmennya dalam pengelolaan sumber daya air di forum internasional The 31st IHP Regional Steering Committee Meeting for Asia and the Pacific di Seoul, Korea Selatan.

Hal itu disampaikan pimpinan delegasi Indonesia Budi Heru Santosa dari Komite Nasional Indonesia untuk Program Intergovernmental Hydrological Program (IHP) UNESCO. Adapun forum tersebut membahas isu mendesak terkait air, seperti kelangkaan air, banjir, dan pencemaran air di kawasan Asia-Pasifik.

“Forum ini memungkinkan negara-negara anggota untuk berkolaborasi dalam mencari solusi atas tantangan seperti kelangkaan air, banjir, kekeringan, dan pencemaran, serta memperkuat kerja sama regional,” ujar Budi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Budi menjelaskan, komitmen Indonesia di forum ini menegaskan peran strategis dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Dengan pendekatan ilmiah dan kolaborasi internasional, Indonesia berupaya mencapai SDG ke-6, yakni memastikan akses air bersih dan sanitasi untuk semua orang.

Ia menekankan pentingnya tata kelola air berbasis sains untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana air, dengan fokus pada tantangan “too much, too little, too dirty water.” Hal ini, katanya, merujuk pada kondisi air yang berlebihan, kurang, atau tercemar yang kerap terjadi di kawasan Asia-Pasifik, di mana persoalan tersebut diperparah oleh perubahan iklim.

Budi mengusulkan pembuatan ringkasan eksekutif untuk setiap edisi Catalogue of Hydrological Analysis (CHA), yang disetujui untuk diterjemahkan ke dalam bahasa anggota Asia-Pasifik. Ringkasan ini akan memudahkan penyebaran informasi penting kepada pembuat kebijakan, sehingga dapat meningkatkan respons terhadap isu hidrologi di kawasan tersebut.

“Hal ini membutuhkan upaya kolaboratif dalam berbagi pengetahuan, data, dan informasi pada tingkat regional,” ujar Budi.

Indonesia juga memaparkan pencapaian penting dalam pelaksanaan UNESCO IHP-IX, seperti Climate Literacy for Youth untuk menyiapkan generasi muda dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) dan pembentukan Indonesian Water Security Index.

Upaya ini sejalan dengan tujuan IHP untuk membangun ketahanan air melalui kolaborasi regional dan pengelolaan air berbasis sains.

Dalam sesi Call for Action, Budi menyerukan aksi kolaboratif untuk meningkatkan ketahanan air di Asia-Pasifik. Menurutnya, forum ini memberikan peluang bagi negara-negara anggota untuk berbagi pengetahuan dan teknologi demi memastikan keberlanjutan pengelolaan air di tengah ancaman perubahan iklim dan urbanisasi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement