Ahad 24 Nov 2024 18:00 WIB

Pengembangan Biomassa untuk PLTU Berbasis Ekonomi Kerakyatan

Pemanfaatan biomassa menciptakan peluang kerja bagi masyarakat lokal.

Pegawai PLN memeriksa biomassa dari cangkang sawit untuk bahan bakar pengganti batu bara di PLTU Sintang, Kalimantan Barat.
Foto: Dok. PLN
Pegawai PLN memeriksa biomassa dari cangkang sawit untuk bahan bakar pengganti batu bara di PLTU Sintang, Kalimantan Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menyampaikan bahwa pengembangan ekosistem biomassa sebagai bahan baku utama bahan bakar substitusi (cofiring) batu bara di PLTU, berbasis pada ekonomi kerakyatan.

Vice President Strategi Pengembangan Bisnis Biomassa PLN EPI, Anita Puspita Sari dalam keterangan di Jakarta, Ahad (24/11/2024), menjelaskan, biomassa mampu menjadi salah satu faktor pengurangan emisi di PLTU, sekaligus mampu mendorong perekonomian rakyat.

Baca Juga

Anita mengatakan, PLN EPI juga telah membangun rantai pasok biomassa yang terintegrasi untuk memastikan stabilitas pasokan ke PLTU. Strategi ini mencakup pembangunan hub dan sub-hub di sekitar PLTU serta optimalisasi logistik menggunakan transportasi darat, laut, dan sungai.

Biomassa yang digunakan mencakup limbah replanting karet, serbuk sagu, batang singkong, hingga produk tanaman energi, seperti indigofera.

Anita menjelaskan contoh konkret pemanfaatan biomassa oleh PLN EPI melalui Green Economy Village (GEV). Di Tasikmalaya, Jawa Barat misalnya, 30 hektare lahan ditanami 30.000 bibit indigofera dan tanaman tumpang sari, seperti cabai dan singkong. Program ini tidak hanya menghasilkan biomassa tetapi juga pakan ternak, pupuk organik, dan pendapatan tambahan bagi masyarakat lokal.

"Melalui konsep pertanian terpadu, kami memanfaatkan lahan kritis untuk tanaman energi. Model ini mendukung keberlanjutan pasokan biomassa dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan lebih dari 330 petani di berbagai wilayah," tambah Anita.

Di Lampung, pemanfaatan batang singkong mampu menggantikan 2.500 ton batu bara per bulan, melibatkan 23 pekerja dengan pendapatan rata-rata Rp 80.000 per hari. Sementara di Aceh, pemanfaatan sekam padi menyerap 24 tenaga kerja dengan kapasitas 300 ton per bulan.

"Program ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan dampak sosial yang signifikan. Dengan memanfaatkan limbah, kita menciptakan peluang kerja bagi masyarakat lokal sekaligus mendukung transisi energi hijau," jelas Anita dalam Knowledge Hub bertajuk Cofiring Biomass Technology: Biomass Supply Chain & Feedstock Management di ajang Electricity Connect 2024, Jakarta, Jumat (22/11).

Sebagai bagian dari transformasi hijau, PLN Grup tidak akan menandatangani kontrak baru untuk PLTU, melainkan memaksimalkan aset PLTU yang ada melalui cofiring biomassa. Dengan pendekatan ini, PLN dapat mengurangi biaya emisi hingga 18,5 juta ton CO2 menjadikannya solusi energi terbarukan yang cepat, murah, dan berdampak luas.

PLN EPI menegaskan bahwa pemanfaatan biomassa, baik dari limbah maupun tanaman energi, merupakan langkah strategis untuk mendukung target NZE 2060 serta meningkatkan kemandirian energi nasional.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement