REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penelitian terbaru menunjukkan wilayah Antartika, khususnya di Semenanjung Antartika, mengalami peningkatan vegetasi yang signifikan. Luas area hijau yang berkembang lebih dari 12 kali lipat dalam 35 tahun terakhir.
Analisis citra satelit mengungkapkan tutupan vegetasi di wilayah tersebut meningkat dari kurang dari satu kilometer persegi pada tahun 1986 menjadi hampir 12 kilometer persegi pada tahun 2021.
Perubahan ini dipicu oleh suhu global yang meningkat dan mencairnya es pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Antara tahun 2016 dan 2021, Semenanjung Antartika mencatat peningkatan vegetasi sebesar 30 persen.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience ini menunjukkan penurunan tutupan es laut akibat pemanasan global berkontribusi pada tren ini.
“Tren yang jelas namun tidak linier menuju peningkatan area tutupan vegetasi di Semenanjung Antartika terlihat dalam beberapa dekade terakhir,” kata para peneliti dalam penelitian tersebut seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (4/12/2024).
Suhu yang lebih hangat dan peningkatan curah hujan menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi pertumbuhan lumut, yang kini mendominasi area yang baru tervegetasi.
Lumut memiliki peran penting dalam mengubah permukaan batu menjadi tanah, yang dapat mengarah pada keberagaman kehidupan tanaman di masa depan, termasuk kemungkinan munculnya spesies invasif yang dapat bersaing dengan tanaman asli Antartika. Penelitian ini menyoroti bahwa dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia tidak mengenal batas, bahkan di wilayah paling ekstrem dan terpencil seperti Antartika.
“Temuan kami mengonfirmasi bahwa pengaruh perubahan iklim antropogenik sangat luas. Bahkan di Semenanjung Antartika, lanskapnya berubah dan efek ini dapat terlihat dari luar angkasa,” ujar Dr. Thomas Roland dari Universitas Exeter.
Para peneliti menggunakan data citra satelit dari arsip Landsat NASA dan memanfaatkan Google Earth Engine untuk mempelajari penyebaran kehidupan tanaman di Antartika. Mereka fokus pada indeks pertumbuhan vegetasi, termasuk Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dan Tasseled Cap Greenness (TCG), untuk memantau perubahan tutupan vegetasi.
Peningkatan vegetasi di Semenanjung Antartika merupakan bagian dari tren global yang lebih luas yang juga terlihat di daerah dingin lainnya, terutama di Arktik, di mana suhu yang meningkat juga memicu pertumbuhan tanaman. Penelitian ini menekankan perlunya pemantauan yang lebih besar terhadap perubahan biologis di wilayah kutub, tidak hanya kehilangan es.