REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan permintaan batu bara dunia tembus rekor baru setiap tahunnya. Data ini mengubah estimasi sebelumnya yang memprediksi tahun lalu merupakan puncak dari permintaan batu bara dunia.
Hal ini memperlihatkan tantangan untuk membatasi emisi yang menyebabkan perubahan iklim. IEA memprediksi permintaan batu bara di seluruh dunia akan naik hampir 8,7 miliar ton pada tahun 2027 naik 1 persen dibandingkan tingkat 2024.
Prediksi ini menghapus estimasi tahun lalu yang memperkirakan permintaan batu bara akan mulai turun pada dekade ini. Realitanya permintaan batu bara dunia dapat melampaui perkiraan saat ini, karena beberapa tahun terakhir permintaan konsisten melampaui prediksi IEA.
Untuk target nol emisi pada tahun 2050 dan membatasi pemanasan global sesuai dengan Perjanjian Paris, penggunaan batu bara di seluruh dunia harus turun drastis pada dekade ini. Sementara, suhu bumi sudah di atas 1,5 derajat Celsius di atas masa pra-industri yang mengindikasi kegagalan aksi iklim kolektif.
Permintaan bahan bakar fosil dengan emisi karbon dioksida tertinggi akan berkurang akibat meningkatnya penggunaan turbin angin dan panel surya di seluruh dunia. Tapi, hal itu belum cukup untuk menahan tingginya permintaan batu bara.
"Penelitian kami menunjukkan permintaan batu bara baru akan mencapai titik jenuh pada tahun 2027 bahkan bila konsumsi listrik turun drastis," kata Direktur Pasar dan Ketahanan Energi EA Keisuke Sadamori seperti dikutip dari BNN Bloomberg, Rabu (18/12/2024).
Namun, kata Sadamori, faktor cuaca terutama di Cina yang merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia akan berpengaruh besar pada tren jangka-pendek permintaan batu bara. "Kecepatan pertumbuhan permintaan listrik juga sangat penting dalam jangka-menengah," tambahnya.
IEA memperkirakan permintaan batu bara akan mendatar setidaknya selama lima tahun. Permintaan batu bara pada tahun 2024 sekitar 9 persen lebih tinggi dari perkiraan yang dibuat beberapa tahun lalu.
Meskipun penggunaan batu bara di Eropa dan Amerika Serikat turun, tapi naiknya permintaan India dan Cina lebih dari cukup untuk mengimbanginya. EIA mengatakan kenaikan permintaan batu bara di dua negara terpadat di dunia pada tahun 2027 akan lebih besar daripada total permintaan di Uni Eropa pada saat itu.
Hal ini menunjukkan bagaimana negara-negara berkembang dan kebutuhan mereka yang terus meningkat akan energi murah adalah bagian penting dari perjuangan untuk mencegah perubahan iklim.