REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lembaga pendanaan iklim internasional Climate Investment Funds (CIF) menerbitkan obligasi perdana senilai 500 juta dolar AS. Obligasi ini sebagai langkah untuk mendiversifikasi sumber pendanaan dan menarik investor sektor swasta untuk membiayai teknologi rendah karbon di pasar negara berkembang.
CIF ingin mengurangi ketergantungan pada dana bantuan pembangunan yang semakin berkurang dan menarik lebih banyak investasi dari sektor swasta untuk mendukung proyek-proyek teknologi bersih.
“Anda akan selalu mengalami pergeseran pendulum, baik pergeseran pendulum politik maupun pergeseran ekonomi, tantangan yang kami semua hadapi adalah membangun berbagai sumber pendanaan untuk mengatasi tantangan iklim dan berinvestasi dalam transisi energi," kata CEO CIF Tariye Gbadegesin, Selasa (14/1/2025).
Permintaan obligasi ini enam kali lebih tinggi dari yang ditawarkan. Hal ini menunjukkan semakin pentingnya investasi ramah pasar ketika negara-negara dan lembaga internasional berusaha memenuhi target pendanaan iklim senilai 1,3 miliar dolar AS saat dana pembangunan semakin berkurang dan ketidakpastian atas dukungan dari Amerika Serikat (AS).
CIF didirikan pada tahun 2008 dan telah menyetujui pendanaan sebesar 7,4 miliar dolar AS untuk proyek-proyek di negara-negara seperti Argentina, Brasil, dan India, melalui enam lembaga multilateral termasuk Bank Dunia.
Obligasi yang diterbitkan Mekanisme Pasar Modal CIF ini bertujuan untuk mendanai proyek-proyek dalam Clean Technology Fund, yang berfokus pada teknologi ramah lingkungan.
Kepala pendanaan, pasar modal, dan investasi global Bank Dunia Andrea Dore mengatakan, obligasi ini memiliki jangka waktu tiga tahun dan dihargai 36,6 basis poin di atas obligasi pemerintah AS (Treasuries). Artinya, imbal hasilnya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi pemerintah. Investor akan menerima bunga tahunan sebesar 4,75 persen dari nilai nominal obligasi.
Dore mengatakan, pemesanan obligasi ini sudah lebih dari 3 miliar dolar AS. Sementara Gbadegesin mengatakan obligasi ini bertujuan membangun sumber pendanaan yang berkelanjutan bagi CIF saat bantuan pembangunan dari luar negeri berkurang dan di tengah meningkatnya permintaan agar lembaga multilateral dan dana iklim lebih efisien dalam menggunakan modal mereka.
Gbadegesin menambahkan, rencananya Mekanisme Pasar Modal akan menjadi penerbit reguler di pasar modal, yang tunduk pada kontrol Bank Dunia. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk proyek teknologi penyimpanan baterai, transisi batu bara, dan teknologi bersih.