REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) dan lembaga think-tank Global Energy Monitor (GEM) melaporkan, pada 2024 pemerintah Cina membangun PLTU batu bara berkapasitas 94,5 gigawatt. Proyek itu merupakan proyek PLTU Cina dengan kapasitas terbesar sejak 2015.
Para peneliti mengatakan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara ini menghambat transisi negara tersebut dari bahan bakar fosil. Padahal, konsumen batu bara terbesar di dunia dan penghasil gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan iklim itu berjanji untuk mengontrol secara ketat tenaga batu bara selama periode 2021-2025.
Namun, kekhawatiran kekurangan pasokan listrik menyebabkan lonjakan proyek-proyek baru sejak tahun 2023. "Jika batu bara mempertahankan pangsa yang tinggi dalam sistem tenaga listrik Cina terlalu lama, akan jauh lebih sulit untuk mencapai penurunan emisi yang cepat," kata penulis utama laporan ini Qi Qin, Kamis (13/2/2025).
Qi mengatakan hal ini dapat menimbulkan tantangan bagi upaya iklim global. Terutama pada saat negara-negara diharapkan untuk meningkatkan ambisi mereka untuk mencapai target tahun 2035.
Laporan tersebut mengatakan, lonjakan ini terjadi meskipun kapasitas energi terbarukan Cina memecahkan rekor. Lonjakan pembangunan PLTU batu bara ini juga dinilai dapat mempersulit upaya untuk menyambungkan energi bersih ke jaringan listrik.
Dalam satu dekade terakhir, Cina sudah menutup lebih dari 100 GW pembangkit listrik tenaga batu bara. Selain itu, proyek-proyek baru hanya dapat dibangun untuk menyediakan cadangan bagi basis energi terbarukan.
Laporan CREA dan GEM mengatakan, tahun lalu Cina mengoperasikan 356 GW tenaga angin dan surya, memenuhi target 2030 sebesar 1.200 GW kapasitas energi terbarukan, enam tahun lebih cepat dari jadwal. Akan tetapi, energi terbarukan sedang bersaing untuk mendapatkan tempat di jaringan listrik Cina, dengan tingkat pemanfaatan yang turun tajam menjelang akhir tahun lalu.
Cina berjanji untuk mulai mengurangi penggunaan batu bara pada 2026-2030 karena mereka berupaya untuk mencapai puncak emisinya sebelum akhir dekade ini. Hal ini mendorong insentif bagi industri untuk mengunci kapasitas batu bara sebanyak mungkin sebelum pembatasan yang dapat mulai berlaku pada awal tahun depan.
"Dorongan Cina saat ini untuk pembangkit listrik tenaga batu bara baru didorong kepentingan industri."