Selasa 18 Feb 2025 09:38 WIB

Pemanasan Global Turunkan Kecepatan Angin di Eropa, Pasokan Listrik Terancam

Tenaga angin tetap dapat menjadi bagian penting dalam bauran energi.

Rep: Lintat Satria/ Red: Satria K Yudha
Turbin pembangkit listrik tenaga angin di Pantai Marsden, Inggris, 11 Agustus 2024. Perubahan iklim menurunkan kecepatan angin di Eropa.
Foto: REUTERS/Denis Balibouse
Turbin pembangkit listrik tenaga angin di Pantai Marsden, Inggris, 11 Agustus 2024. Perubahan iklim menurunkan kecepatan angin di Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penelitian terbaru menunjukkan pemanasan global dapat menurunkan kecepatan angin di Eropa. Hal ini dapat mempengaruhi sistem energi terbarukan benua itu, khususnya pembangkit listrik tenaga angin.

Ilmuwan iklim dan profesor di  University of Illinois Urbana-Champaign, Gan Zhang menjelaskan, fenomena yang disebut stilling ini dipicu meningkatnya pemanasan di darat dan troposfer, lapisan atmosfer terdekat dengan permukaan bumi. Stilling merujuk pada penurunan kecepatan angin yang diamati selama musim panas.

Baca Juga

Kecepatan angin diperkirakan berkurang 5 persen atau kurang pada periode 2021 sampai 2050. Zhang mengatakan, meski penurunannya sedikit, tapi hal itu akan berdampak besar bagi pembangkit listrik tenaga angin.

"Sistem energi merupakan pasar marginal, artinya bila anda mengubah margin dari 5 ke 10 persen, dampaknya terhadap harga bisa besar," kata Zhang seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (18/2/2025).

Fenomena stilling juga dapat terjadi di wilayah lintang tengah utara lainnya seperti Amerika Utara. Penurunan kecepatan angin akan menjadi tantangan bagi upaya transisi energi negara-negara Eropa dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.

Suhu dingin yang membekukan dan hari-hari tanpa angin selama musim dingin menguras cadangan gas kawasan tersebut. Akan tetapi, sejauh ini belum ada data yang dapat diandalkan untuk menunjukkan hal itu berkaitan dengan perubahan iklim.

Peneliti kecepatan angin dan gelombang di University of Oxford Christopher Vogel mengatakan efek domino dari penurunan kecepatan angin menunjukkan peralihan besar di Eropa, dari pasar energi yang tergantung pada suhu cuaca ke kawasan yang energinya ditentukan angin dan surya.

Vogel mengatakan penelitian terbaru mengenai stilling selama musim panas selaras dengan penelitian lain yang menunjukkan dampak perubahan iklim pada angin akan sangat besar pada paruh pertama abad ini. Namun masih belum jelas bagaimana perubahan rata-rata kecepatan angin akan berpengaruh pada produksi energi di masa depan.

Ia menjelaskan salah satu alasan ketidakpastian ini adalah karena data iklim yang ada saat ini, meskipun dianggap sebagai standar emas, belum mampu menangkap ekstremitas atau variasi ekstrem dalam kecepatan angin dengan baik.

Berbeda dengan data suhu dan curah hujan, data historis tentang angin tidak sekuat dan sekomprehensif data iklim lainnya. Hal ini menyulitkan para peneliti untuk memodelkan iklim di masa depan yang akurat berdasarkan pola angin.

Vogel mempelajari lemahnya angin pada tahun 2021 memaksa Inggris memulai mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batu bara yang dihentikan sementara. Vogel mengatakan, pengukuran angin sangat dipengaruhi lokasi dan dapat terganggu topografi serta bangunan di sekitarnya, termasuk ladang angin itu sendiri.

Meskipun ada keterbatasan data, Ivan Fore Svegaarden dari TradeWpower AS mengamati produksi energi angin di Eropa sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan akibat perubahan iklim. Hal ini ditandai dengan tekanan tinggi yang lebih sering muncul dan bertahan lebih lama, yang dapat mempengaruhi pola angin.

"Tekanan tinggi semakin sering datang, lebih sering muncul, dan bertahan lebih lama," kata Svegaarden.

Zhang menjelaskan tim penelitiannya mengatasi kekurangan data historis dengan menggunakan berbagai kumpulan data dan menjalankan simulasi. Simulasi ini menemukan adanya peningkatan dalam fenomena stilling musim panas, yaitu penurunan kecepatan angin.

Svegaarden mengungkapkan penurunan kecepatan angin menunjukkan pembuat kebijakan Uni Eropa mungkin terlalu bergantung pada energi angin untuk mencapai tujuan energi bersih.

Namun, Zhang lebih optimistis dan menyatakan bahwa meskipun kecepatan angin menurun, angin tetap dapat menjadi bagian penting dari bauran energi di sebagian besar negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement