REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Asosiasi industri tenaga surya Cina memprediksi tahun ini untuk pertama kalinya sejak 2019, pertumbuhan pembangkit listrik tenaga surya Cina akan mengalami perlambatan.
Pada Kamis (27/2/2025), ketua dewan kehormatan Asosiasi Industri Fotovoltaik Cina Wang Bohua mengatakan dengan skenario konservatif, kapasitas pembangkit listrik tenaga surya di Negeri Tirai Bambu pada 2025 diperkirakan bertambah sekitar 215 gigawatt atau sebesar 255 gigawatt untuk proyeksi yang lebih optimistis.
Angka ini mengindikasikan penurunan pertumbuhan ekspansi tenaga surya antara 8 sampai 23 persen dibanding tahun lalu. Pada 2024, Cina menambah kapasitas pembangkit tenaga surya sebesar 277,57 gigawatt.
Wang mengaitkan perlambatan ini dengan pertumbuhan tinggi tahun 2024 dan mekanisme baru penetapan harga energi yang akan diperkenalkan bulan Juni mendatang. Mekanisme itu akan mewajibkan pembangkit listrik energi terbarukan menjual listriknya berdasarkan harga pasar.
Perubahan ini diperkirakan memperumit prediksi pendapatan di masa depan dan meningkatkan ketidakpastian bagi investor. Wang mengatakan pemerintah daerah masih harus mengklarifikasi bagaimana mereka mengimplementasikan kebijakan baru.
Dalam laporan terbarunya pekan lalu, organisasi penelitian asal Inggris, Carbon Brief, mengatakan Cina menginvestasikan 6,8 triliun yuan atau 940 miliar dolar AS untuk energi bersih pada 2024. Hampir setara investasi global ke bahan bakar fosil yang mencapai 1,12 triliun dolar AS.
Lebih dari setengah investasi itu berasal dari industri-industri mobil listrik, baterai dan pembangkit listrik tenaga surya yang sedang berkembang pesat. Mengutip analisa di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) yang berbasis di Helsinki, Carbon Brief mengatakan kontribusi sektor energi bersih pada Produk Domestik Bruto (PDB) Cina tumbuh dari 9 persen pada tahun 2023 menjadi 10 persen pada tahun 2024.
Energi bersih tumbuh tiga kali lipat di perekonomian Cina. Namun kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi nasional tahun lalu turun, dari 40 persen dari PDB tahun 2023, menjadi 26 persen dari PDB tahun 2024.
Industri energi bersih didefinisikan sebagai kendaraan dan baterai listrik, manufaktur dan pembangkit listrik energi terbarukan, kereta, jaringan listrik dan penyimpanan sumber energi terbarukan serta efisiensi energi.