REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Analisa terbaru organisasi penelitian asal Inggris, Carbon Brief, mengungkapkan Cina menginvestasikan 940 miliar dolar AS atau sekitar Rp 15.363 triliun (asumsi kurs Rp 16.344 per dolar AS) untuk energi bersih pada tahun 2024. Jumlah itu setara investasi global ke bahan bakar fosil yang mencapai 1,12 triliun dolar AS.
Investasi Cina ke energi bersih terbilang tinggi meski terjadi perlambatan pertumbuhan dari 40 persen menjadi 7 persen, akibat kelebihan kapasitas. Lebih dari setengah investasi itu berasal dari industri-industri mobil listrik, baterai dan pembangkit listrik tenaga surya yang sedang berkembang pesat.
Menurut laporannya, Rabu (20/2/2025), Carbon Brief mengatakan kontribusi sektor tersebut pada Produk Domestik Bruto (PDB) Cina tumbuh dari 9 persen pada tahun 2023 menjadi 10 persen pada tahun 2024.
Energi bersih di Cina tumbuh tiga kali lipat. Namun kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi nasional tahun lalu turun, dari 40 persen dari PDB tahun 2023, menjadi 26 persen dari PDB tahun 2024.
Industri energi bersih didefinisikan sebagai kendaraan dan baterai listrik, manufaktur dan pembangkit listrik energi terbarukan, kereta, jaringan listrik dan penyimpanan sumber energi terbarukan serta efisiensi energi.
Dalam laporannya Carbon Brief mengatakan turunnya kontribusi sektor energi bersih pada pertumbuhan PDB juga disebabkan deflasi dan jatuhnya harga peralatan energi terbarukan seperti panel surya dan baterai. Walapun, harga perangkat yang lebih rendah membantu meningkatkan adopsi energi terbarukan.
Industri kendaraan listrik yang sedang berkembang pesat paling banyak menyumbang ke PDB Cina, dengan 3 triliun yuan PDB dari produksi kendaraan sepenuhnya listrik dan hibrida dan 1,4 triliun yuan dari investasi pabrik. Infrastruktur pengisian daya menyumbang 122 miliar yuan.
Pembangkit listrik tenaga surya merupakan kontributor terbesar kedua pada PDB yang menyumbang 2,8 triliun yuan. Sekitar 1 triliun yuan di antaranya berkaitan dengan investasi pada proyek-proyek pembangkit listrik.
Para peneliti memperkirakan investasi Cina ke energi bersih akan terus tumbuh sepanjang 2025, tahun terakhir dari rencana lima tahunan negara itu. Tetapi, para peneliti mengatakan perlu target yang lebih ambisius untuk rencana berikutnya pada 2026 sampai 2030 untuk mempertahankan penggunaan energi bersih di tingkat saat ini.