Senin 14 Jul 2025 18:23 WIB

Jelang COP30, Climate Rangers Desak Keterlibatan Anak Muda dalam Transisi Energi

Keadilan iklim tak bisa dicapai tanpa suara generasi muda sebagai aktor utama.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Seorang nelayan membuang air laut yang masuk  ke dalam perahunya di pinggiran pantai Ternate, Maluku Utara, Ahad (22/6/2025). Sejumlah nelayan kecil  di wilayah itu memilih tidak melaut akibat cuaca buruk setelah BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate kembali mengeluarkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem disertai hujan lebat dan angin kencang untuk wilayah Provinsi Maluku Utara karena adanya peningkatan tinggi gelombang laut antara 0,25 meter hingga 2 meter yang dapat menyebabkan penurunan jarak pandang akibat cuaca buruk.
Foto: ANTARA FOTO/Andri Saputra
Seorang nelayan membuang air laut yang masuk ke dalam perahunya di pinggiran pantai Ternate, Maluku Utara, Ahad (22/6/2025). Sejumlah nelayan kecil di wilayah itu memilih tidak melaut akibat cuaca buruk setelah BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate kembali mengeluarkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem disertai hujan lebat dan angin kencang untuk wilayah Provinsi Maluku Utara karena adanya peningkatan tinggi gelombang laut antara 0,25 meter hingga 2 meter yang dapat menyebabkan penurunan jarak pandang akibat cuaca buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aktivis muda yang tergabung di Climate Rangers Jakarta tekankan keterlibatan anak muda dalam aksi iklim. Menjelang Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30) di Brasil, para aktivis muda Indonesia juga mendorong transisi energi yang adil.

“Sebelum membicarakan mengenai transisi energi berkeadilan, kita perlu melihat transisi berkeadilan itu versi siapa terlebih dahulu," kata Juru Kampanye Greenpeace Indonesia Sekar Banjaran Aji dalam diskusi dengan topik Everyone Matters: Advancing a Just Transition in Climate, Energy, and Green Investment, Senin (14/7/2025).

Dikutip dari pernyataan Climate Ranger, diskusi ini merupakan agenda pembuka dari Local Conference of Children and Youth (LCOY) Indonesia 2025 yang merupakan konferensi orang muda menuju KTT Iklim (COP) 30 Brasil. Inisiatif ini menjadi wadah untuk memperkuat suara anak dan orang muda Indonesia untuk membentuk masa depan iklim yang adil dan berkelanjutan.

Sekar mengatakan dalam satu sisi mungkin bagi pengusaha transisi energi saat sudah adil tetapi bagi masyarakat belum adil, lalu apakah anak muda bisa menentukan transisi energi berkeadilan.

"Selain itu, jauh sebelum membicarakan transisi energi kita juga mempertimbangkan masih banyak masyarakat yang bahkan belum mengenal sumber energi," kata Sekar.

Direktur Eksekutif Generasi Melek Politik Neildeva Despendya menegaskan setiap aksi iklim tidak bisa terlepas dari politik. “Karena setiap keputusan politik bisa jadi dua arah: makin memperparah krisis, atau jadi titik balik Indonesia jadi pionir penanganan iklim," kata Neildeva.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement