REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perusahaan-perusahaan Cina menunda produksi pertama pabrik bahan bakar pesawat berkelanjutan (SAF). Belum adanya arahan kebijakan pemerintah, membuat perusahaan kesulitan untuk memasarkan SAF, baik di dalam negeri maupun untuk diekspor.
Usai Beijing mewajibkan penggunaan SAF untuk memangkas emisi, perusahaan-perusahaan Cina tahun lalul dilaporkan berinvestasi lebih dari 1 miliar dolar AS untuk membangun pabrik yang mengolah minyak sayur menjadi SAF untuk diekspor dan memenuhi permintaan dalam negeri. Namun, Pemerintah Cina belum mengumumkan kewajiban penggunaan bahan bakar rendah karbon di pasar bahan bakar pesawat terbesar kedua di dunia itu.
Industri kecewa karena pemerintah belum juga mengeluarkan kewajiban penggunaan SAF. Perusahaan-perusahaan berharap pemerintah akan mewajibkan penggunaan SAF sebesar 2 sampai 5 persen pada bauran bahan bakar pesawat pada akhir 2024 lalu. Tianzhou New Energy dan Jinshang Environmental Protection Tech memundurkan produksi pertama pabrik SAF di Provinsi Sichuan.
Sumber dari Tianzhou New Energy mengatakan, perusahaannya memundurkan operasi pertama pabrik di Weiyuan dari akhir 2024 menjadi paruh kedua 2025. Ia mengatakan selain ketidakpastian kebijakan, perubahan jadwal pembangunan menjadi salah satu faktor keputusan tersebut. Pabrik itu diharapkan dapat memproses 200 ribu metrik ton minyak sayur bekas per tahun atau 4.300 barel per hari untuk dijadikan SAF.
Ketua Dewan Jinshang Environmental Protection Tech Ye Bin mengatakan, uji coba pabriknya di Chendu yang dapat memproses 500 ribu ton minyak sayur per tahun mundur tiga bulan dari jadwal aslinya. "Jadwal aslinya, pembangunan mekanika sudah selesai pada akhir tahun ini dan uji coba dimulai pada (kuartal pertama) 2026," kata Ye, Kamis (27/2/2025).
Pada akhir 2024, salah satu pejabat tinggi Zhejiang Jiaao Enprotech mengatakan perusahaannya menunda uji coba produksi pabrik SAF yang dapat memproses 500 ribu ton minyak sayur per tahun di Lianyungang. Sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya itu mengatakan Zhejiang Jiaao Enprotech menunggu proses pengajuan izin ekspor.
Sumber dari industri bahan bakar pesawat mengatakan, perusahaan-perusahaan itu menunggu kebijakan ekspor SAF, termasuk bea cukai, manajemen kuota dan peraturan pemotongan pajak yang sama yang berlaku dengan bahan bakar pesawat konvensional.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Cina (NDRC), Administrasi Penerbangan Sipil Cina (CAAC), dan Kementerian Perdagangan belum menanggapi permintaan komentar. Empat sumber dari industri SAF Cina mengatakan negara itu memproduksi sekitar 200.000 metrik ton SAF setiap tahunnya, sebagian besar dari dua pabrik dan ditujukan untuk ekspor.
Satu pabrik dioperasikan EcoCeres yang didukung Bain Capital, yang mulai memproduksi bahan bakar tersebut pada tahun 2022 di wilayah timur untuk ekspor. Satu lagi pabrik Junheng Industry Group Biotech yang berbasis di wilayah tengah, mulai memproduksi bahan bakar tersebut pada awal tahun 2024.
Saat ini tidak ada target atau mandat bauran SAF yang berlaku di Asia. Sebagian besar produksi dikirim ke Eropa, meskipun Malaysia, Thailand, dan Singapura dijadwalkan akan mewajibkan bauran bahan bakar SAF tahun depan.