Selasa 11 Mar 2025 16:42 WIB

FWI: 2.300 Hektare Hutan di Hulu Sungai Rusak Jadi Penyebab Banjir

Keberadaan hutan dapat menahan air hujan agar tidak langsung dibuang ke sungai.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Petugas gabungan mengevakuasi korban banjir di Komplek Jaka Kencana (Depnaker), Bekasi Selatan, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Petugas gabungan mengevakuasi korban banjir di Komplek Jaka Kencana (Depnaker), Bekasi Selatan, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir yang melanda kawasan Puncak Bogor menyebabkan gangguan aktivitas dan kerusakan infrastruktur publik di beberapa titik. Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan aliran Sungai Ciliwung meluap dan merendam sejumlah area pemukiman dan jalur utama yang menghubungkan Bogor dengan Kawasan Puncak.

Jakarta dan Kota Bekasi turut lumpuh akibat meluapnya Sungai Ciliwung dan Kali Bekasi. Temuan Forest Watch Indonesia (FWI) menunjukan masifnya kerusakan hutan di tiga hulu sungai yang mencapai 2300 hektare menyebabkan hilangnya fungsi hutan sebagai konservasi air dan tanah. "Hutan memiliki fungsi menyimpan air di dalam tanah. Keberadaan hutan dapat menahan air hujan agar tidak langsung dibuang ke sungai," kata Pengkampanye Hutan FWI, Tsabit Khairul Auni dalam pernyataannya, Selasa (11/3/2025).

Baca Juga

Tsabit mengatakan kerusakan hutan akibat alih fungsi di Hulu DAS Ciliwung, Kali Bekasi, dan Cisadane mendorong meluapnya sungai sehingga menyebabkan banjir yang merendam sejumlah wilayah di Kawasan Puncak, kota-kota di Jakarta dan Bekasi.

Ia menjelaskan dampak buruk dari hilangnya hutan alam adalah berkurangnya kemampuan tanah dalam menyerap air, sehingga meningkatkan risiko run-off (aliran permukaan) dan mempercepat terjadinya banjir.

Konversi lahan yang masif kemudian menjadi lahan terbangun juga semakin memperparah situasi. "Lahan terbangun baik dalam bentuk villa, objek wisata beserta fasilitas pendukung seperti rest area, permukiman dan infrastruktur jalan menyebabkan air hujan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah dan meningkatkan terjadinya banjir," kata Tsabit.

Catatan FWI (2025) menyebutkan deforestasi atau kerusakan hutan alam di ketiga DAS Ciliwung, Kali Bekasi, dan Cisadane sudah mencapai 2300 hektare sepanjang 2017 sampai 2023 atau setara dengan 850 kali luas lahan Gedung Sate di Bandung. Selain itu, analisis FWI juga menemukan perubahan signifikan terhadap kondisi penutupan hutan dan lahan di Kawasan Puncak Bogor tahun 2017 hingga 2024.

Rusaknya hutan alam terjadi akibat alih fungsi yang terus berlangsung. Dari total kerusakan hutan alam 310 hektare di Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Cisarua Bogor, sekitar 208,76 hektare telah beralih menjadi perkebunan, sekitar 26,64 hektare menjadi lahan terbangun, dan 75,33 hektare beralih menjadi lahan terbuka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement