REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Earth Hour Jakarta bersama Artha Graha Peduli menggelar kampanye tahunan Switch Off Earth Hour 2025 pada Sabtu (22/3/2025). Ini merupakan bagian dari gerakan global untuk meningkatkan kesadaran akan penghematan energi dan keberlanjutan lingkungan.
Tahun ini, bertepatan dengan Hari Air Sedunia, Earth Hour Jakarta mengusung tema “60 Minutes Electricity and Water Fasting", mengajak masyarakat untuk mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak terpakai selama 60 menit, sekaligus menghemat penggunaan air.
Ketua Umum Artha Graha Peduli Heka Hertanto mengungkapkan komitmennya terhadap gerakan global Earth Hour yang dimulai pada awal 2007 oleh WWF di Australia. Heka mengatakan pada 2024, gerakan ini dapat mengumpulkan 1,5 juta jam yang disumbangkan untuk bumi.
Dalam acara Earth Hour kali ini, Artha Graha Peduli mematikan listrik di seluruh unit Artha Graha Network di Indonesia selama 90 menit. Selain itu, dalam tiga hari terakhir, kegiatan membersihkan dan memilah sampah di sekitar unit-unit usaha Artha Graha telah berhasil mengumpulkan sekitar 3,5 ton sampah.
“Harapan kami adalah agar Earth Hour ini dapat terus berlanjut. Hari ini menandai sembilan tahun Artha Graha Peduli bergabung dengan Earth Hour, dan kami telah mengikuti gerakan ini secara rutin sejak 2016,” ujar Hertanto di Switch Off Jakarta 2025, Sabtu (22/3/2025).
Ia menambahkan bahwa setelah mematikan lampu di seluruh unit usaha, pihaknya berharap dapat menghitung berapa ton karbon yang berhasil dihemat dalam rangkaian kegiatan Earth Hour tahun ini.
“Marilah kita bersama-sama mencintai lingkungan dan menjaga bumi ini untuk masa depan yang lebih baik,” kata Heka.
Chief Coordinator Earth Hour Jakarta, Hilmy Dzaky, mengatakan Earth Hour di Jakarta dimulai pukul 20.30 WIB selama 90 menit meski aksi nyata global hanya 60 menit. Tahun ini, tema yang diusung adalah "60 Minutes Water and Energy Fasting", karena kampanye global menghemat energi bertepatan dengan Hari Air Sedunia.
Dzaky menekankan fokus Earth Hour tidak hanya pada penghematan energi, tetapi juga pada konservasi air.
“Harapan saya, Earth Hour tidak hanya menjadi acara seremonial, tetapi juga bagian dari gaya hidup masyarakat. Ini bukan sekadar mematikan lampu atau alat elektronik, tetapi juga melakukan sesuatu yang berarti untuk bumi,” ujar Dzaky.
Ia menambahkan bahwa Earth Hour dikenal sebagai "the biggest hour for earth", di mana masyarakat diajak untuk menyisihkan waktu selama 60 menit setiap harinya demi kebaikan bumi.
Acara ini tidak hanya berlangsung di Jakarta, tetapi juga di hampir seluruh dunia secara simultan, mengikuti waktu regional yang masih memungkinkan. Di Indonesia, sekitar 20 kota turut serta dalam pelaksanaan acara ini pada hari yang sama.