Senin 24 Mar 2025 09:49 WIB

Gletser Mencair, Ketahanan Pangan dan Air Dunia Terancam

Laju pencairan gletser saat ini merupakan yang terburuk.

Rep: Mgrol156/ Red: Satria K Yudha
Gletser mencair (ilustrasi). Pencairan gletser mengancama ketahanan pangan dan air dunia.
Foto: REUTERS
Gletser mencair (ilustrasi). Pencairan gletser mengancama ketahanan pangan dan air dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan UNESCO mengungkapkan bahwa gletser terus mencair dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kondisi ini dapat mengakibatkan krisis iklim, mengancam ekosistem, sektor pertanian, dan ketersediaan sumber air.

PBB memperingatkan bahwa pencairan gletser yang semakin cepat mengancam ketersediaan pangan dan air bagi 2 miliar orang di seluruh dunia. Laju pencairan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dapat menimbulkan dampak yang sulit diprediksi.

Menurut laporan UNESCO, dua pertiga dari seluruh lahan pertanian irigasi di dunia berpotensi terdampak akibat menyusutnya gletser dan berkurangnya curah salju di wilayah pegunungan yang dipicu oleh krisis iklim.

Lebih dari 1 miliar orang tinggal di wilayah pegunungan. Kondisi ini diperkirakan semakin memburuk karena produksi pangan di kawasan tersebut sangat bergantung pada sumber air dari pegunungan, termasuk salju dan gletser yang mencair, sebagaimana dijelaskan dalam Laporan Pembangunan Air Dunia 2025.

Negara-negara maju juga menghadapi risiko serupa. Di Amerika Serikat, misalnya, Lembah Sungai Colorado telah mengalami kekeringan sejak tahun 2000. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan lebih banyak curah hujan dibandingkan salju di pegunungan, sehingga air mengalir lebih cepat dan memperparah kondisi kekeringan.

“Di mana pun kita tinggal, kita semua bergantung pada gunung dan gletser. Namun, menara air alami ini menghadapi bahaya yang mengancam. Laporan ini menunjukkan perlunya tindakan yang mendesak," kata Direktur Jenderal Unesco Audrey Azoulay seperti dikutip dari The Guardian, Senin (24/3/2025).

Laju pencairan gletser saat ini merupakan yang terburuk dalam sejarah pencatatan, menurut penelitian terpisah dari Organisasi Meteorologi Dunia yang baru saja merilis laporan tahunan tentang Keadaan Iklim. Studi tersebut mengungkapkan bahwa kehilangan massa gletser terbesar yang pernah tercatat terjadi dalam tiga tahun terakhir, dengan wilayah seperti Norwegia, Swedia, Svalbard, dan Andes tropis mengalami dampak paling signifikan.

Di Afrika Timur, beberapa area telah kehilangan hingga 80 persen gletsernya, sementara di Andes, antara sepertiga hingga setengah gletser telah mencair sejak 1998. Sementara itu, gletser di Pegunungan Alpen dan Pyrenees yang paling terdampak di Eropa telah menyusut sekitar 40 persen dalam periode yang hampir sama.

Direktur Ilmu Air UNESCO Abou Amani mengatakan, penurunan gletser memiliki dampak besar karena hilangnya es menggantikan permukaan yang memantulkan cahaya dengan tanah gelap yang menyerap panas. “Mencairnya gletser berdampak pada reflektivitas radiasi (matahari) dan itu akan berdampak pada seluruh sistem iklim,” katanya.

Hujan yang turun di atas salju dapat memicu longsoran, karena merupakan faktor utama dalam pembentukannya. Selain itu, air dari gletser yang mencair bisa tiba-tiba dilepaskan, menyebabkan banjir mendadak di lembah atau wilayah yang lebih rendah di lereng gunung. Permafrost yang mencair juga menjadi masalah, karena melepaskan gas metana dari tanah pegunungan yang sebelumnya tertutup oleh gletser.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement