Senin 07 Apr 2025 15:41 WIB

Penelitian Ungkap Perubahan Iklim Gerus Ekonomi Dunia

Perubahan iklim menghancurkan perekonomian semua kawasan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Petani membawa kembali pompa air irigasi sawah karena saluran air yang mengering Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (1/8/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Petani membawa kembali pompa air irigasi sawah karena saluran air yang mengering Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (1/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Penelitian terbaru mengungkapkan dampak perubahan iklim terhadap perekonomian jauh lebih buruk dibandingkan prakiraan sebelumnya. Sayangnya, dampak perubahan iklim masih terkesan diremehkan.

Para ilmuwan University of New South Wales (UNSW Sydney) telah meneliti dampak cuaca ekstrem di seluruh dunia. Penelitian Studi yang dipimpin Timothy Neal ini mengungkap dampak buruk perubahan iklim pada perekonomian.

Baca Juga

Model-model ekonomi saat ini memprediksi perubahan iklim hanya berdampak ringan sampai sedang pada Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Tetapi model-model ini kerap berasumsi perekonomian suatu negara hanya terdampak oleh cuaca ekstrem di wilayahnya.

Sementara, konsekuensi perubahan iklim yang lebih luas seperti pengaruh peristiwa cuaca ekstrem pada produksi, perdagangan dan pasokan pangan suatu negara kerap diabaikan.  

Dikutip dari Energy Live News, Senin (7/4/2025), dengan mengoreksi kesalahan itu dan menghubungkan konektivitas global dalam analisanya, tim Neal menemukan bila suhu global naik 3 derajat Celsius dari masa pra-industri pada 2100, maka perekonomian dunia dapat menyusut hingga 40 persen.

Dalam skenario yang sama, model penelitian sebelumnya memprediksi perubahan iklim hanya menyusutkan perekonomian dunia sebanyak 11 persen. Skala kehancurannya akan menghancurkan perekonomian dunia, tidak ada negara yang berhasil lolos.  

Penelitian UNSW Sydney juga menolak kepercayaan lama bahaa negara-negara yang lebih dingin seperti Rusia dan Negara-negara Eropa Utara memperoleh keuntungan dari perubahan iklim. Penelitian Neal menunjukkan perubahan iklim menghancurkan perekonomian semua kawasan.

Alasannya terletak pada bagaimana pemanasan global mengintensifkan cuaca ekstrem yang mengakibatkan kekeringan, badai, banjir dan gelombang panas. Bencana-bencana ini mengganggu produksi makanan, memperlambat perdagangan dan menahan produktivitas.

Pemanasan global akan meningkatkan frekuensi bencana-bencana itu di sejumlah kawasan dalam satu waktu, sehingga kemampuan perekonomian untuk pulih juga berkurang signifikan.

Model-model ekonomi sebelumnya berargumen memangkas emisi terlalu agresif dapat menahan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mendorong beberapa kebijakan yang menargetkan batas kenaikan suhu 2,7 derajat Celsius, sesuai dengan proyeksi saat ini.  

Namun penelitian Neal menunjukkan target menahan kenaikan suhu di bawah 1,7 derajat Celsius, yang lebih dekat dengan ambisi iklim Perjanjian Paris, lebih optimal untuk menyeimbangkan antara biaya ekonomi jangka-pendek dan stabilitas ekonomi jangka-panjang.

Temuan ini menambah bukti betapa diremehkannya dampak perubahan iklim terhadap ekonomi global. Pemangkasan emisi memang menelan banyak biaya. Tapi kegagalan dalam mengatasi perubahan iklim akan mengakibatkan kerugian ekonomi yang lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement