Jumat 20 Jun 2025 17:54 WIB

Save the Children dan Hyundai Motor Inisiasi Program Ekonomi Sirkular

Penggunaan plastik berlebih menimbulkan polusi yang mengancam lingkungan

Save the Children Indonesia bersama Hyundai Motor Company menginisiasi Program Ekonomi Sirkular yang bertujuan meningkatkan praktik pemilahan dan daur ulang sampah plastik di Jakarta.
Foto: Ist
Save the Children Indonesia bersama Hyundai Motor Company menginisiasi Program Ekonomi Sirkular yang bertujuan meningkatkan praktik pemilahan dan daur ulang sampah plastik di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Save the Children Indonesia bersama Hyundai Motor Company menginisiasi Program Ekonomi Sirkular yang bertujuan meningkatkan praktik pemilahan dan daur ulang sampah plastik di Jakarta. Hyundai Motor Company mendukung program ini melalui inisiatif CSV, 'Hyundai Continue,' sebagai bagian dari tanggung jawab sosial sebagai anggota masyarakat Indonesia.

Sejak November 2022, Save the Children Indonesia telah memasang 89 dropbox di 20 sekolah, 4 RPTRA, serta area publik seperti perumahan, tempat makan, dan area olahraga untuk mendorong kebiasaan memilah sampah dari rumah tangga. Selain itu program ini juga telah berhasil mencegah 19 ton atau setara 1.018.218 botol plastik dan mengolah plastik menjadi produk upcycling seperti boneka dan T-Shirt.

Melalui kerja sama dengan Plastic Pay, program ini juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat di Jakarta sebesar Rp 57 juta. Sampah plastik yang dikumpulkan melalui dropbox akan dikonversi menjadi poin, yang kemudian dapat ditukarkan menjadi saldo uang digital oleh masyarakat.

Melalui kampanye ini, anggota Child Campaigner Jakarta, Shifa (17 tahun), ingin menyuarakan bahwa penggunaan plastik berlebih menimbulkan polusi yang dapat menjadi ancaman nyata bagi lingkungan tempat anak tumbuh, belajar, dan bermimpi. "Kampanye ini adalah ajakan kepada semua pihak untuk bergerak bersama mengurangi dan mengelola sampah plastik demi menciptakan lingkungan yang aman dan layak bagi generasi saat ini dan masa depan,” ujarnya.

Tidak hanya fokus pada pengelolaan sampah, program ini juga menekankan pentingnya edukasi publik. Child Campaigner yang terlibat aktif mengembangkan materi edukasi kreatif seperti permainan ular tangga raksasa, Yes or No dengan spin wheel, hingga Tajalo (Tanya Jawab Lompat) untuk mengenalkan bahaya sampah dan cara mengelolanya dengan pendekatan yang menyenangkan.

Mereka juga melakukan kampanye di sekolah, sosialisasi kepada warga, hingga dialog dengan pemerintah setempat untuk menyuarakan hak anak atas lingkungan yang aman dan sehat. Program ini juga memiliki kampanye bertajuk Cerdas Pilah Plastik yang menjadi wadah edukasi dan aksi anak serta orang muda dalam menyuarakan pentingnya pengelolaan sampah plastik.

Ini menjadi bukti bahwa ketika anak dan orang muda diberi ruang dan kepercayaan, mereka mampu menghadirkan perubahan nyata. Aksi mereka memang tampak sederhana, akan tetapi membawa dampak yang luas, terutama dalam membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya memilah sampah plastik sejak dari rumah. Bayangkan jika tidak ada yang melakukannya maka sampah akan terus menumpuk tanpa solusi.

Program Manager Ekonomi Sirkular, Save the Children Indonesia, Leonard Benny Johan, menyatakan anak-anak dan orang muda bukan hanya korban dari dampak lingkungan yang dirusak oleh manusia itu sendiri, tetapi mereka juga bagian dari solusi. "Melalui pendekatan partisipatif dan edukatif, kami ingin memastikan bahwa mereka memiliki ruang untuk berkontribusi, dan suara mereka didengar dalam upaya menciptakan lingkungan yang lebih aman, sehat, dan berkelanjutan," kata dia.

Dengan semangat kolaborasi, edukasi, dan aksi nyata, program ekonomi sirkular menjadi contoh bahwa perubahan bisa dimulai dari hal-hal kecil yang dilakukan secara konsisten. Keterlibatan aktif anak dan orang muda serta didukung dengan kemitraan dengan pemerintah daerah menjadi pondasi penting dalam memperkuat dampak program. Sinergi ini memastikan bahwa upaya pengelolaan sampah tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga berpihak pada hak anak untuk hidup dan tumbuh di lingkungan yang aman dan sehat.

Sampah plastik masih menjadi kontribusi kedua terbesar di DKI Jakarta, oleh sebab itu sekelompok anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner memilih untuk tidak diam. Lewat aksi sederhana mereka mendorong perubahan perilaku dari rumah, karena kesadaran dimulai dari yang paling dekat.

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2024, menunjukkan bahwa sampah plastik menduduki peringkat kedua tertinggi di Jakarta dengan persentase 22,95 persen. Dan setiap harinya TPST Bantar Gebang menerima sekitar 7.200 - 7.500 ton sampah dari wilayah Jakarta.

Di sisi lain, rumah tangga dan pasar tercatat sebagai peyumbang sampah terbesar, masing-masing sebesar 53,74 persen dan 14,48 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa upaya pengelolaan sampah, khususnya plastik, perlu dimulai dari sumber-sumber utama tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement