Rabu 09 Jul 2025 18:44 WIB

Dukung Target Pengurangan Sampah Indonesia, PCX Markets Luncurkan ''Circular Plastic''

Program global dorong investasi daur ulang dan proyek pengelolaan limbah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
Indonesia telah menetapkan rencana pengurangan sampah plastik dan transisi menuju ekonomi sirkular. (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Andri Saputra
Indonesia telah menetapkan rencana pengurangan sampah plastik dan transisi menuju ekonomi sirkular. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah menetapkan rencana pengurangan sampah plastik dan transisi menuju ekonomi sirkular, dengan target mengurangi timbunan sampah hingga 30 persen dan sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada 2025. Indonesia juga menargetkan nol polusi plastik pada 2040.

Untuk mencapai target tersebut, Indonesia menargetkan peningkatan pengolahan sampah hingga 70 persen. Namun, tingkat daur ulang plastik di Indonesia masih sangat rendah, hanya sekitar 10 persen, jauh dari target nasional.

Baca Juga

Platform global yang menyediakan layanan konsultasi untuk pengurangan penggunaan plastik dan pendanaan pengolahan limbah plastik, PCX Markets, meluncurkan PCX Circular Plastic. Solusi inovatif ini membantu perusahaan memperoleh resin plastik daur ulang yang telah diverifikasi, sekaligus mendanai kegiatan pembersihan limbah plastik di hilir yang diaudit secara menyeluruh.

PCX Circular Plastic memastikan kandungan daur ulang pascakonsumsi yang dibeli perusahaan berasal dari proyek daur ulang yang telah diaudit berdasarkan standar lingkungan dan sosial pihak ketiga yang ketat. Seluruh proses berlangsung secara transparan—dapat ditelusuri, dikaji, dan diverifikasi.

“Dengan memilih PCX Circular Plastic, bisnis menjadi bagian dari ekosistem global yang mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular,” kata Chief Executive Officer PCX Markets, Sebastian DiGrande, dalam pernyataannya, Rabu (9/7/2025).

DiGrande mengatakan, saat bisnis berinvestasi dalam PCX Circular Plastic, mereka tidak hanya memenuhi target kandungan daur ulang, tetapi juga menutup kesenjangan pendanaan untuk solusi pengelolaan limbah di wilayah yang paling membutuhkan. Bisnis juga menciptakan lapangan kerja di komunitas yang paling terdampak oleh krisis polusi plastik.

“Di Indonesia, artinya perusahaan dapat mendukung proyek-proyek lokal dan memastikan investasinya berdampak langsung bagi solusi pengelolaan limbah dalam negeri,” katanya.

Sejak 1950-an, dunia telah memproduksi sekitar 9 miliar ton plastik. Saat ini, hanya 9 persen yang didaur ulang, sementara 72 persen lainnya dibuang ke TPA, dibakar, atau mencemari lingkungan sehingga merusak ekosistem dan mengganggu kehidupan masyarakat.

PBB memperkirakan, untuk menghentikan polusi plastik pada 2040, dibutuhkan investasi global sebesar 1,64 triliun dolar AS. Kebutuhan terbesar dititikberatkan di negara-negara Global South yang masih minim infrastruktur pengelolaan sampah.

Namun, menurut The Circulate Initiative, pasar negara berkembang hanya menerima 6 persen dari total investasi global dalam ekonomi sirkular plastik pada 2018 hingga 2023. Studi Bank Dunia memperkirakan terdapat kesenjangan pendanaan sebesar 28–40 dolar AS per ton untuk pengumpulan sampah dan 24–40 dolar AS per ton untuk infrastruktur daur ulang di negara-negara seperti Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Dengan menggabungkan kredit plastik dengan resin daur ulang terverifikasi yang diproduksi oleh mitra proyek yang sama, PCX mampu memberikan solusi yang terbukti, terukur, dan telah diaudit bagi bisnis dalam memenuhi target pengurangan plastik murni di hulu dan pengolahan plastik di hilir.

Solusi ini dirancang untuk membantu bisnis mematuhi regulasi Pemerintah Indonesia, termasuk kewajiban penggunaan minimal 50 persen kandungan daur ulang untuk semua jenis plastik pada 2029, kemasan yang 100 persen dapat didaur ulang, dan adopsi sistem Extended Producer Responsibility (EPR).

Lintar Satria

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement