Rabu 03 Sep 2025 14:00 WIB

WMO Ungkap Potensi Munculnya La Nina, Waspada Cuaca Ekstrem

Sejak Maret lalu, kondisi iklim global berada pada tahap netral.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Warga melintasi banjir akibat hujan deras di Perumahan Magnolia Residence, Kota Tangerang, Banten, Selasa (12/8/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Putra M. Akbar
Warga melintasi banjir akibat hujan deras di Perumahan Magnolia Residence, Kota Tangerang, Banten, Selasa (12/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA — Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan fenomena La Nina yang muncul pada September ini akan memengaruhi pola cuaca global. Meski demikian, suhu di sebagian besar wilayah dunia diperkirakan masih berada di atas rata-rata.

La Nina ditandai dengan penurunan suhu permukaan laut di wilayah tengah dan timur Samudera Pasifik, yang dapat meningkatkan risiko banjir dan kekeringan di berbagai belahan dunia. Dalam pernyataannya, Selasa (2/9/2025), WMO menyebut sejak Maret lalu, kondisi iklim global berada pada tahap netral, namun dalam beberapa bulan ke depan berpotensi berubah menjadi La Nina.

Baca Juga

Menurut prakiraan terbaru, ada kemungkinan 55 persen suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian khatulistiwa mendingin hingga mencapai level La Nina pada periode September hingga November.

WMO menekankan, prakiraan iklim musiman bisa memberikan manfaat besar, mulai dari penghematan jutaan dolar di sektor pertanian, energi, kesehatan, hingga transportasi. Langkah antisipasi dini juga dapat menyelamatkan ribuan jiwa karena masyarakat dan pemerintah bisa lebih siap menghadapi potensi bencana.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan Monsun Australia yang aktif sejak akhir Agustus masih akan berlangsung hingga pertengahan September.

Fenomena ini menyebabkan cuaca cerah berawan, angin timuran kencang di Indonesia bagian selatan, serta gelombang tinggi di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.

Meski begitu, sejumlah wilayah diperkirakan tetap mengalami hujan ringan hingga lebat. Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor atmosfer, termasuk Indeks Dipole Mode (IOD) negatif yang meningkatkan suplai uap air, suhu permukaan laut hangat, aktivitas gelombang atmosfer, serta sirkulasi siklonik di barat Sumatera.

BMKG mengeluarkan peringatan dini untuk periode 2–4 September 2025. Status siaga hujan lebat berlaku di Sumatra Selatan, Bengkulu, Kalimantan Utara, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan. Sementara peringatan angin kencang dikeluarkan untuk Aceh, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Maluku, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement