Rabu 03 Sep 2025 16:00 WIB

Prancis Desak Target Iklim 2040 Uni Eropa Dibahas di Level Kepala Negara

Para menteri negara anggota dijadwalkan bertemu pada 18 September.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Mobil berserakan di pinggir jalan utama pascabanjir di Valencia, Spanyol, Jumat, 1 November 2024.
Foto: AP Photo/Alberto Saiz
Mobil berserakan di pinggir jalan utama pascabanjir di Valencia, Spanyol, Jumat, 1 November 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Prancis mendorong agar target iklim 2040 Uni Eropa dibahas di tingkat kepala negara, bukan hanya menteri atau diplomat. Langkah ini mencerminkan keseriusan isu terkait iklim, tetapi berpotensi menunda tercapainya kesepakatan final.

Saat ini Uni Eropa tengah menegosiasikan target iklim 2040 yang mengikat secara hukum. Para menteri negara anggota dijadwalkan bertemu 18 September untuk mencoba mencapai kesepakatan, namun Prancis meragukan target itu siap disepakati bulan ini.

Baca Juga

Dua diplomat Uni Eropa yang enggan disebutkan namanya mengatakan Prancis menilai pembahasan harus dinaikkan ke level pemimpin. Jika benar terjadi, perundingan akan lebih sulit karena keputusan di tingkat kepala negara harus diambil dengan suara bulat.

Konteks politik domestik menambah rumit posisi Prancis. Pemerintah di Paris menghadapi krisis serius dengan ancaman jatuh jika kalah dalam mosi tidak percaya minggu depan.

Uni Eropa sendiri harus mengirimkan rencana iklim 2035 ke PBB pada pertengahan September, sementara pertemuan para pemimpin baru dijadwalkan Oktober. Komisi Eropa mengusulkan pemotongan emisi 90 persen pada 2040 dibanding tingkat 1990 untuk memastikan jalur menuju nol emisi 2050.

Namun, sejumlah negara masih keberatan. Ceko dan Polandia menilai target 2040 terlalu berat, sementara Spanyol dan Denmark menolak usulan menunda target 2040 karena dianggap bisa memperlemah komitmen 2035.

Negosiasi juga terpecah pada isu fleksibilitas bagi industri dalam negeri. Proposal awal memberi ruang terbatas, tetapi kini perdebatan berkembang apakah kelonggaran itu perlu diperluas.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement