Jumat 12 Sep 2025 16:17 WIB

BPDP Pacu Hilirisasi Perkebunan, Sawit Dimanfaatkan untuk Transisi Energi

Sawit kini menjadi penopang penting transisi energi melalui program biodiesel.

Pengemudi mempersiapkan kendaraan yang sudah diisi bahan bakar B40 saat peluncuran uji jalan penggunaan B40 di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Foto: Prayogi/Republika.
Pengemudi mempersiapkan kendaraan yang sudah diisi bahan bakar B40 saat peluncuran uji jalan penggunaan B40 di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (27/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menjadikan hilirisasi sebagai strategi utama untuk memperkuat sektor perkebunan Indonesia. Fokus ini bukan hanya untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga transisi energi dan kesejahteraan petani.

Direktur Penyaluran Dana Sektor Hilir BPDP Mohammad Alfansyah menyampaikan, BPDP sejak 2015 telah mendorong hilirisasi sawit untuk menciptakan pasar domestik yang stabil.

“Sejak awal, strategi kami adalah menciptakan permintaan di dalam negeri agar petani tetap memperoleh harga yang kompetitif. Kini harga yang diterima petani sawit terus mencatatkan rekor hampir setiap bulan,” ujar dia dalam kegiatan Sustainability Action for The Future Economy 2025 di Jakarta, Kamis (11/9/2025), berdasarkan siaran pers yang diterima pada Jumat (12/9/2025).

Menurutnya, sawit kini menjadi penopang penting transisi energi melalui program biodiesel. Dengan campuran 40 persen sawit dalam setiap liter solar, ketergantungan pada energi fosil berkurang sekaligus memperkuat kedaulatan energi.

Namun, BPDP tidak hanya menaruh perhatian pada sawit. Lembaga ini juga memperluas mandatnya untuk mendorong pengembangan kelapa dan kakao yang potensinya besar digarap oleh industri kecil dan menengah.

“Visi BPDP adalah mengoptimalkan kelapa dan kakao dengan mendorong tumbuhnya industri kecil dan menengah di masyarakat, mulai dari minyak kelapa, gula kelapa, hingga produk turunan bernilai ekspor. Dengan begitu, ekonomi lokal akan lebih berdaya dan penyerapan tenaga kerja meningkat,” jelasnya.

Selain hilirisasi, BPDP menyiapkan regenerasi petani melalui program pendidikan vokasi hingga sarjana yang telah menjangkau lebih dari 9.000 mahasiswa. Langkah ini diharapkan melahirkan tenaga muda kompeten untuk mengelola perkebunan sekaligus mengembangkan produk turunan yang bernilai tambah.

Di sisi lain, BPDP juga memperkuat riset dan promosi untuk mengimbangi kampanye negatif terhadap sawit. Menurut Alfansyah, produk sawit Indonesia adalah energi terbarukan yang berkelanjutan dan bernilai tinggi.

“Kami sadar kampanye negatif terhadap sawit masih sering terjadi. Karena itu, BPDP memiliki peran penting untuk mengimbangi narasi global dengan fakta,” tegasnya.

Ia menegaskan hilirisasi, pengembangan SDM, serta riset dan regulasi ekspor adalah pilar untuk memastikan perkebunan Indonesia menjadi motor ekonomi sekaligus penopang kesejahteraan masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement