Senin 13 Oct 2025 11:19 WIB

Mendorong Pengembangan Solusi Hidrogen Hijau Bagi Kapal Feri Antarpulau di Indonesia

Geografis kepulauan Indonesia sangat bergantung pada kapal feri antarpulau.

HDF Energy (Hydrogene de France), Neuman & Esser South East Asia Ltd (NEA SEA) dan the Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, melalui International Hydrogen Ramp-Up Programme (H2Uppp), menandatangani perjanjian kerja sama evaluasi infrastruktur hidrogen hijau. Kerja sama ini dalam rangka dekarbonisasi transportasi kapal feri penyeberangan antarpulau di Indonesia.
Foto: Ist
HDF Energy (Hydrogene de France), Neuman & Esser South East Asia Ltd (NEA SEA) dan the Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, melalui International Hydrogen Ramp-Up Programme (H2Uppp), menandatangani perjanjian kerja sama evaluasi infrastruktur hidrogen hijau. Kerja sama ini dalam rangka dekarbonisasi transportasi kapal feri penyeberangan antarpulau di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- HDF Energy (Hydrogène de France), Neuman & Esser South East Asia Ltd (NEA SEA) dan the Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, melalui International Hydrogen Ramp-Up Programme (H2Uppp), menandatangani perjanjian kerja sama evaluasi infrastruktur hidrogen hijau. Kerja sama ini dalam rangka dekarbonisasi transportasi kapal feri penyeberangan antarpulau di Indonesia.

Kemitraan ini mencerminkan dukungan dari Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Energi terhadap keterlibatan dunia usaha dalam pengembangan dan perluasan penggunaan hidrogen di negara-negara Global Selatan. Perjanjian yang ditandatangani di acara Indonesia Sustainability Forum 2025 di Jakarta ini, merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman yang telah diteken April 2025 antara HDF Energy, Kementerian Perhubungan, PLN, dan ASDP Indonesia Ferry, bekerja sama dengan International Maritime Organization (IMO).

MoU itu menjadi landasan bagi dilaksanakannya studi bersama mengenai retrofit kapal feri penyeberangan antar-pulau dengan teknologi propulsi hydrogen. Ini sebagai bagian dari program GreenVoyage2050 milik IMO, yang menandai tonggak sejarah nasional dalam upaya dekarbonisasi sektor maritim Indonesia.

Director for Asia-Pacific di HDF Energy sekaligus Presiden Direktur PT HDF Energy Indonesia, Mathieu Géze, menyampaikan kerja sama ini menyatukan keahlian internasional, kepemimpinan nasional, dan penerapan nyata di lapangan. Dengan menggabungkan kekuatan IMO, GIZ, NEA SEA, PLN, ASDP dan Kementerian Perhubungan bersama keahlian HDF Energy dalam teknologi hydrogen.

"Kami sedang membuka jalan bagi rute kapal feri bertenaga hidrogen pertama di Indonesia, serta menuju masa depan maritim yang lebih bersih di seluruh kepulauan Nusantara,” ujar dia.

Sementara, Director of Energy Programme, GIZ Indonesia/ASEAN, Lisa Tinschert, menjelaskan sebagai pusat maritim di kawasan ini, Indonesia menawarkan peluang unik untuk memajukan tujuan bersama dalam menghadapi perubahan iklim. Hidrogen hijau berada di inti dari transisi energi, dan melalui H2Uppp, mendukung kewirausahaan lokal dan pengembangan proyek guna mendorong pertumbuhan pasar hidrogen global.

"Dengan menggabungkan teknologi dan konteks lokal, inisiatif ini menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta mendukung transfer teknologi yang bernilai,” katanya.

Kondisi geografis kepulauan Indonesia sebagai negara kepulauan sangat bergantung pada kapal feri antarpulau. Namun sebagian besar kapal tersebut masih beroperasi menggunakan jaringan listrik berbasis diesel terpisah yang memiliki kapasitas terbatas untuk mengintegrasikan energi terbarukan.

Hal ini menjadikan upaya dekarbonisasi sektor kelistrikan dan maritim menjadi tantangan, meskipun terdapat manfaat yang jelas dari pengurangan penggunaan diesel, seperti stabilitas biaya, ketahanan energi, dan peningkatan kualitas udara. Dalam konteks ini, propulsi berbasis hidrogen menawarkan solusi yang menjanjikan dan efisien secara energi untuk rute kapal penyeberangan jarak pendek hingga menengah, sekaligus mendukung transisi menuju sistem kelistrikan kepulauan yang lebih bersih.

Berdasarkan kerangka kerja itu, perjanjian kerja sama baru yang dibentuk di bawah skema kemitraan publik-swasta ini berfokus pada pengembangan rantai nilai infrastruktur hidrogen yang saling melengkapi, mencakup produksi, penyimpanan, transportasi, dan pengisian bahan bakar (bunkering). Studi ini juga akan menilai bagaimana infrastruktur tersebut dapat diintegrasikan dengan jaringan listrik kepulauan dan sistem energi pelabuhan, yang dibutuhkan untuk menyediakan pasokan energi bagi kapal feri, seperti rute Kupang - Rote di wilayah Indonesia Timur yang dioperasikan oleh ASDP.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement