REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset Climate Rangers terhadap 382 responden Gen Z di Jakarta menunjukkan anak muda sadar apa yang mereka rasakan saat ini adalah dampak perubahan iklim. Namun, sebagian besar yakni 95,5 persen masih memandang krisis iklim sebatas cuaca ekstrem.
“Dampak krisis iklim itu sangat kompleks, termasuk pada kesehatan fisik dan mental, ketahanan pangan, hingga kerusakan infrastruktur akibat bencana seperti banjir dan rob,” kata Campaign & Communication Staff Climate Rangers Febriani Nainggolan dalam diskusi Nexus Tiga Krisis Planet bertajuk “Gen Z Menagih Tanggung Jawab Iklim" Selasa, (28/10/2025).
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Ia menambahkan, anak yang lahir pada tahun 2020 akan mengalami dampak krisis iklim yang jauh lebih parah dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka mengalami gelombang panas tujuh kali lebih banyak, kekeringan tiga kali lebih sering, dan banjir besar dua kali lebih intens.
Menurut Febri, tanggung jawab terbesar dalam menghadapi krisis iklim berada di tangan pemerintah. Namun, 62,4 persen responden merasa pelibatan orang muda oleh pemerintah masih bersifat sekadar formalitas tanpa makna.
“Orang muda sering hanya diundang secara simbolis, bukan untuk benar-benar dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Padahal kitalah yang paling merasakan dampaknya,” tegas Febri.
Co-Founder Kawula17 Dian Irawati mengatakan survei publik yang dilakukan lembaganya pada kuartal ketiga 2025 terhadap 404 responden menemukan ada dua isu utama yang disoroti masyarakat. Yaitu inefisiensi pengelolaan sampah sebesar 33 persen responden dan kerusakan lingkungan akibat tambang sekitar 32 persen responden.
Meningkatnya perhatian terhadap isu-isu ini didorong maraknya publikasi terkait hal-hal yang merusak alam Indonesia, seperti kasus di Raja Ampat yang memicu kampanye #SaveRajaAmpat, serta isu perampasan hutan adat sekitar 26 persen yang turut mengemuka lewat kampanye #SavePulauPadar.
“Tren ini menunjukkan, dalam dua tahun terakhir kesadaran publik semakin kuat terhadap pentingnya perlindungan ekosistem dan keadilan lingkungan di Indonesia,” katanya Dian.