REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya dalam memperkuat fokus riset pada bidang pangan dan energi melalui ajang kompetisi PFsains 2025. Tahun ini, Pertamina melalui Pertamina Foundation menetapkan 25 pemenang kompetisi dengan memberikan total dukungan dana pengembangan mencapai 3 miliar rupiah, mentoring intensif, dan peluang kolaborasi bersama Pertamina Grup.
VP CSR & SMEPP Management PT Pertamina (Persero) Rudi Ariffianto menyatakan harapannya agar inovasi hasil riset para pemenang membawa dampak berkelanjutan untuk kemajuan pembangunan Indonesia.
“Kompetisi PFsains hadir sebagai bagian dari proses hilirisasi atas hasil riset para akademisi di Indonesia yang sesungguhnya memiliki potensi besar untuk diimplementasikan di masyarakat. Dengan fokus pada riset di bidang pangan dan energi, kami berharap inovasi mereka dapat langsung dimanfaatkan dan menjawab kebutuhan masyarakat yang sejalan dengan arah pembangunan dalam Astacita Pemerintah,” ujar Rudi, Senin (1/12).
Salah satu pemenang, tim Bintang Laut, menghadirkan penerapan sistem energi hybrid yang ditempatkan pada ponton apung dan diintegrasikan dengan Sistem Pemantauan Laut (Sea Monitoring System) untuk mendukung ketahanan pangan komunitas pesisir.
Berkat dukungan PFsains, hasil riset dan prototipe tim ini akan diimplementasikan di Desa Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur.
“Sistem ini menggabungkan panel surya yang dipasang di atas ponton dan turbin angin vertikal Darrieus-Savonius untuk menghasilkan energi sebesar 2-3 kWh/hari yang kemudian dimanfaatkan untuk menghidupkan alat-alat penting pada bagan ikan yaitu lampu penerangan bagan dan sensor monitoring kualitas air laut meliputi berbagai parameter penting seperti pH, salinitas, DO, turbiditas, temperatur, dsb sehingga aktivitas budidaya nelayan pesisir tidak terganggu,” ujar Dr. Dendy Satrio selaku ketua tim Bintang Laut.
Kemudian juga ada tim Prolowchol yang menghadirkan solusi terpadu probiotik EcoGreenWaste, berbasis circular zerowaste farming system, untuk mengatasi pencemaran amonia, limbah pertanian, dan mengurangi kadar kolesterol telur hingga 60–78 persen. Selain itu, tim ini juga mengembangkan Photovoltaic Egg Pasteurize Electric Field, alat pengawet telur berbasis tenaga surya yang memadukan uap antiseptik dan kejut listrik yang memperpanjang umur simpan telur dari 7 hari menjadi 42 hari.
“Melalui inovasi probiotik yang kami kembangkan dari limbah pertanian, kami ingin menunjukkan bahwa masalah lingkungan justru bisa menjadi sumber solusi. Probiotik ini terbukti mampu menekan pencemaran amonia di kandang ayam sekaligus menurunkan kadar kolesterol pada telur. Dengan pendekatan sirkular ini, kami berharap masyarakat dapat merasakan manfaat nyata,” ungkap Ketua Tim Prolowchol, Ir. Brahmadhita Pratama Mahardhika.
Tahun ini, jumlah pemenang meningkat dari tahun sebelumnya, yakni 16 tim. Begitu juga antusiasmenya dengan pendaftar sebanyak 1.119 tim, meningkat dari tahun sebelumnya 552 tim.
Para pemenang telah melewati berbagai tahapan seleksi, mulai dari seleksi administrasi, pitching, in-depth interview, dan final interview yang melibatkan ekspertis dari Pertamina Grup dan eksternal hingga angel investor. Bergulir sejak 2020, Pertamina melalui Pertamina Foundation turut mengembangkan 47 hasil riset.
“Lewat kompetisi ini, kami menjalankan peran sebagai katalis lahirnya inovasi berkelanjutan di Indonesia yang mampu menjadi fondasi ketahanan energi dan pangan Indonesia. Kami juga akan menghubungkan inovasi mereka dengan Pertamina Grup untuk mendukung program Community Involvement & Development serta capaian PROPER,” tutup President Director Pertamina Foundation Agus Mashud S. Asngari.