REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani dapat menghadapi tantangan besar dengan perubahan iklim di tahun-tahun mendatang, termasuk suhu ekstrem, kekeringan dan banjir. Lantas tanaman apa yang bisa ditanam di masa depan, saat perubahan iklim mengubah lanskap?
Ahli tanaman dari Inggris, Kevin Hobbs, mengatakan bahwa kekeringan dan ketersediaan air menjadi hal yang paling menantang di masa depan. Tanaman yang membutuhkan air seperti tomat akan mengalami kesulitan untuk tumbuh di tengah perubahan iklim.
Menurut Hobbs, jenis sayuran abadi (perennial vegetable) seperti singkong, talas, asparagus, mungkin lebih mudah tumbuh dibandingkan tanaman seperti terong, tomat dan buncis. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa tanaman yang diyakini Hobbs akan berkelanjutan di masa depan.
1. Bayam rambat
Bayam rambat adalah tanaman merambat dengan ketinggian yang bisa mencapai 6 meter lebih. Bayam malabar cocok ditanam di area tropis seperti Indonesia, karena bayam ini menyukai suhu dan kelembaban yang sangat hangat dan tidak tahan terhadap embun beku.
Baya mini bisa disajikan dengan dimasak atau mentah. Cita rasanya mirip seperti bayam biasa, namun sedikit lebih kuat seperti pepper.
"Kita semua akan menanamnya dalam waktu 10 tahun lagi," prediksi Hobbs seperti dilansir News Chain, Rabu (25/10/2023).
2. Kelor
Pohon kecil yang berasal dari kaki bukit Himalaya di India dan Pakistan ini menghasilkan polong seperti kacang. Semua bagian pohon ini dapat dimakan, mulai dari daun dan polong muda yang bergizi tinggi dengan rasa seperti mustard, hingga biji yang belum matang, akar (yang rasanya seperti lobak), dan bunganya, yang dapat dimakan baik matang maupun mentah.
Tanaman ini toleran terhadap kondisi kering, namun tidak bisa bertahan di musim dingin atau lingkungan beku. Karenanya untuk daerah seperti Inggris, disarankan menanam kelor di pot, sehingga bisa di simpan di dalam ruangan saat musim dingin.
3. Mediterranean saltbush
Hobbs mengatakan bahwa tanaman yang juga dikenal sebagai Atriplex halimus sangat mudah tumbuh, dan memiliki cita rasa yang lezat untuk salad. Juga dikenal sebagai krokot pohon, tanaman ini semi-hijau, kuat dan toleran terhadap kekeringan dan garam.
4. Burdock
Tanaman dataran rendah ini sering kali tumbuh di samping sungai dan lahan kosong. Sementara beberapa orang menganggapnya sebagai gulma, sebenarnya tanaman ini merupakan sumber makanan yang berharga.
Menurut Hobbs, burdock merupakan sayuran yang populer di abad pertengahan, namun kini telah dilupakan. Karenanya burdock bisa menjadi pilihan untuk ditanam, karena sayuran akar ini juga sangat lezat, beraroma, dan mudah tumbuh dan toleran terhadap banyak kondisi.
“Akarnya, sumber serat dan antioksidan yang baik, dapat digunakan dalam tumisan, sup dan semur, serta dikukus atau dipanggang. Sangat mudah untuk dimasukkan ke dalam taman hias, karena memiliki daun besar yang mencolok dan bunga seperti thistle ungu,” tambah Hobbs.
5. Sea buckthorn
Buah berbentuk bulat dan berwarna jingga ini banyak tumbuh di pegunungan Himalaya. Buah ini telah beradaptasi untuk tumbuh dalam kondisi maritim yang keras, di bukit pasir, tepian sungai, pinggiran hutan, dan garis pantai. Pohon ini digunakan sebagai pagar oleh beberapa tukang kebun, menghasilkan dedaunan yang menarik. Selain itu, jaringan akar tanaman ini menstabilkan tanah dan memfiksasi nitrogen. Buah ini bisa dijadikan campuran dalam teh atau jus.
6. Hosta
Tanaman hias klasik ini, dengan daun yang tampak tropis dan puncak bunga lavender di musim panas, juga bisa dimakan. Tunas, daun muda, tangkai dan bunganya dapat dimakan mentah dalam salad atau dimasak dengan tumisan atau kukusan. Hosta bisa tumbuh di tanah yang lembab dan bebas drainase di tempat semi teduh.
Berkebun di masa depan bukan berarti tidak bisa menanam tanaman favorit. “Kita masih bisa menanam buah dan sayuran konvensional di tahun-tahun mendatang, namun akan ada keragaman yang lebih besar,” kata Hobbs.