Selasa 21 Nov 2023 06:30 WIB

AS dan China Jalin Kerja Sama Dukung Target Energi Terbarukan

Kesepakatan AS dan China diungkap menjelang KTT Iklim PBB ke-28.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
AS dan China menjalin kerja sama untuk mendukung target energi terbarukan secara global.
Foto: www.pixabay.com
AS dan China menjalin kerja sama untuk mendukung target energi terbarukan secara global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat dan China akan mendukung target energi terbarukan global dan bekerja sama untuk mengatasi polusi metana dan plastik. Kesepakatan ini diungkap dalam sebuah pernyataan bersama, setelah menggelar pertemuan khusus menjelang KTT Iklim PBB ke-28 (COP28) di Dubai akhir bulan ini.

Utusan iklim John Kerry dan Xie Zhenhua, yang bertemu di Sunnylands, California pada tanggal 4-7 November, sepakat untuk menghidupkan kembali kelompok kerja iklim bilateral yang akan mendiskusikan area-area kerja sama antara kedua negara. Meskipun masih ada perbedaan dalam beberapa hal, misalnya dalam hal penghentian penggunaan bahan bakar fosil.

Baca Juga

"Pernyataan Sunnylands merupakan upaya yang tepat waktu untuk menyelaraskan Amerika Serikat dan Cina menjelang COP28," ujar Li Shuo, direktur baru China Climate Hub di Asia Society, seperti dilansir Climate News, Selasa (21/11/2023)

Li menggambarkan hubungan antara dua penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia ini sebagai prasyarat untuk kemajuan global yang signifikan. Ia pun optimistis kesepakatan Sunnylands akan membantu menstabilkan politik menjelang pembicaraan di Dubai.

Peluncuran kembali kelompok kerja ini menandai normalisasi hubungan iklim antara kedua negara, setelah sempat memburuk karena kunjungan mantan ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi ke Taiwan, sebuah kepulauan yang memiliki pemerintahan sendiri dan diklaim oleh China pada tahun 2022.

Upaya China untuk mengurangi emisi karbonnya sendiri akan menjadi fokus utama dalam pembicaraan COP28. Amerika Serikat dan Cina juga mengatakan bahwa mereka mendukung deklarasi para pemimpin G20 untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan global pada tahun 2030, dan juga setuju untuk mempercepat substitusi pembangkit listrik tenaga batu bara, minyak, dan gas.

Pernyataan bersama AS dan China juga mengantisipasi pengurangan emisi yang signifikan dari sektor tenaga listrik pada dekade ini. Tetapi sayangnya, kedua negara tidak menyerukan penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap.

Di sisi lain, menurut Li, COP28 masih memiliki banyak pekerjaan rumah, terutama dalam hal bahan bakar fosil. "China juga perlu mempertimbangkan ambisi lebih lanjut apa yang dapat dibawa ke COP. Menghentikan persetujuan proyek-proyek pembangkit listrik tenaga batu bara baru adalah langkah selanjutnya yang terbaik,” tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement