REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah laporan dari UN Climate Change menemukan bahwa rencana iklim nasional masih belum cukup untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius dan memenuhi tujuan Perjanjian Paris. Bahkan dengan upaya yang telah ditingkatkan oleh beberapa negara, masih perlu lebih banyak tindakan untuk menekan laju emisi dan menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
"Laporan ini mengungkap bagaimana pemerintah-pemerintah di dunia belum mengambil tindakan signifikan untuk mencegah krisis iklim. Keadaan ini mendesak pemerintah untuk mengambil langkah berani di COP28 di Dubai," ujar sekretaris eksekutif UN Climate Change, Simon Stiell, seperti dilansir Phys, Senin (20/11/2023).
Stiell menegaskan bahwa COP28 atau konferensi iklim tahunan PBB harus menjadi titik balik yang jelas, sehingga kenaikan suhu bisa dicegah. Pemimpin dunia yang berpartisipasi dalam COP28 disarankan untuk tidak hanya menyepakati aksi iklim yang lebih kuat, namun juga harus mulai menunjukkan bagaimana cara mewujudkannya.
"Laporan Global Stocktake yang dirilis oleh PBB tahun ini dengan jelas menunjukkan di mana kemajuan yang dicapai terlalu lambat. Namun, laporan ini juga menjabarkan berbagai macam alat dan solusi yang diajukan oleh berbagai negara. Miliaran orang berharap untuk melihat pemerintah mereka mengambil kotak peralatan ini dan menerapkannya," kata Stiell.
Penelitian terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) mengindikasikan bahwa emisi gas rumah kaca harus dikurangi 43 persen pada tahun 2030, dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 2019. Hal ini sangat penting untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius pada akhir abad ini dan menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim, termasuk kekeringan yang lebih sering dan lebih parah, gelombang panas dan curah hujan.
"Setiap sepersekian derajat sangat berarti, tetapi kita sudah sangat keluar dari jalur. COP28 adalah waktu kita untuk mengubahnya. Ini adalah waktunya untuk menunjukkan manfaat besar dari aksi iklim yang lebih progresif,” kata Stiell.
UN Climate Change juga telah menganalisis NDC dari 195 negara yang tergabung dalam Perjanjian Paris, termasuk 20 NDC baru atau NDC yang telah diperbaharui dan diserahkan hingga 25 September 2023. Sejalan dengan temuan dari analisis tahun lalu, laporan ini menunjukkan bahwa meskipun emisi tidak lagi meningkat setelah tahun 2030, emisi tersebut masih belum menunjukkan tren penurunan yang cepat seperti yang diharapkan oleh para ahli dalam dekade ini.
Jika NDC terbaru yang tersedia diimplementasikan, komitmen saat ini akan meningkatkan emisi sekitar 8,8 persen, dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 2010. Hal ini merupakan peningkatan kecil dari penilaian tahun lalu, yang menemukan bahwa negara-negara berada di jalur yang tepat untuk meningkatkan emisi sebesar 10,6 persen pada tahun 2030, dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun 2010.
Pada tahun 2030, emisi diproyeksikan menjadi 2 persen di bawah tingkat tahun 2019, yang menyoroti bahwa puncak emisi global akan terjadi dalam dekade ini. Untuk mencapai puncak emisi sebelum tahun 2030, laporan tersebut mengatakan bahwa elemen-elemen bersyarat dari NDC perlu diimplementasikan, yang sebagian besar bergantung pada akses terhadap sumber daya keuangan yang lebih baik, transfer teknologi dan kerja sama teknis, dan dukungan pengembangan kapasitas; serta ketersediaan mekanisme berbasis pasar.
"Dengan menggunakan Global Stocktake untuk membuat rencana ke depan, kita dapat menjadikan COP28 sebagai game changer,” kata dia.
Sementara itu, laporan UN Climate Change yang kedua mengenai strategi pembangunan rendah emisi jangka panjang, melihat rencana negara-negara untuk bertransisi ke emisi Net Zero pada atau sekitar pertengahan abad ini. Laporan tersebut mengindikasikan bahwa emisi gas rumah kaca negara-negara tersebut dapat menjadi sekitar 63 persen lebih rendah pada tahun 2050 dibandingkan dengan tahun 2019, jika semua strategi jangka panjang diimplementasikan secara penuh dan tepat waktu.
Strategi jangka panjang saat ini (yang mewakili 75 negara yang menandatangani Perjanjian Paris) mencakup 87 persen PDB dunia, 68 persen populasi dunia pada tahun 2019, dan sekitar 77 persen emisi gas rumah kaca dunia pada tahun 2019. Hal ini merupakan sinyal kuat bahwa dunia mulai mengarah pada emisi nol bersih. Namun laporan ini juga mencatat, banyak negara yang menunda aksi mitigasi iklim yang penting, sehingga menyebabkan ketidakpastian target net zero.