REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad-Interim Erick Tohir mengatakan, agenda transisi energi harus diakselerasi. Indonesia harus mengembangkan green economy agar bisa memiliki daya saing tinggi.
"Dunia saat ini bergerak ke green economy. Supply chain kita harus hijau, jika tidak maka kita tidak bisa bersaing. Kita harus adaptasi dengan globalisasi dan ekonomi hijau agar bisa membuka pasar di negara lain," kata Erick di Kementerian ESDM, Selasa (21/11/2023).
Erick mencontohkan produk kopi Indonesia yang dianggap sebagai upaya deforistasi. Padahal, pengembangan kopi di Indonesia sudah sejak dari zaman belanda.
"Nah, ini harus kita challange. Tetapi, kopi kita harus pakai listrik hijau, ya harus. Kita harus adaptasi," ujar Erick.
Erick mengatakan, ekonomi hijau ini juga penting untuk mendorong industri dalam negeri berdaya saing global. Pemerintah pun merumuskan kebijakan yang mendorong industri dalam negeri berdaya saing tanpa harus mengesampingkan kesejahteraan masyarakat.
"Jadi, hal-hal seperti ini yang harus kita jaga kesimbangannya, makanya transisi net zero kita kan mundur 10 tahun dibandingkan negara lain," kata Erick.
Ia juga memastikan komitmen Indonesia dalam menjalankan agenda transisi energi untuk menurunkan emisi karbon. Erick menilai, banyak proyek transisi energi Indonesia yang butuh kolaborasi dan dukungan global.
"Indonesia menargetkan untuk mengurangi gas rumah kaca hingga 250 juta ton CO2 dan meningkatkan bauran energi hingga 44 persen pada 2030," kata Erick.