Jumat 05 Jan 2024 16:40 WIB

Puncak Musim Hujan Februari, BMKG Imbau Waspada Bencana Hidrometeorologi

Intensitas hujan di Indonesia dipengaruhi oleh perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pengendara motor melewati genangan air di Jalan Raya Tanjung Barat, Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengendara motor melewati genangan air di Jalan Raya Tanjung Barat, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Januari hingga Februari 2024. Karenanya, masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat menyebabkan berbagai bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.

Prakirawan Cuaca BMKG, Agita Vivi, merinci bahwa wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan 2023/2024 pada Januari dan Februari yaitu sebanyak 385 zona musim atau ZOM (55,08 persen). Jika dibandingkan terhadap normal puncak musim hujan, puncak musim hujan 2023/2024 di sebagian besar daerah diprakirakan sama dengan normalnya yaitu sebanyak 351 ZOM (50,21 persen), sedangkan wilayah lainnya diprakirakan mundur terhadap normal yaitu sebanyak 203 ZOM (29,04 persen) dan maju terhadap normal yaitu sebanyak 145 ZOM (20,74 persen).

Baca Juga

Berdasarkan analisis terkini, diidentifikasi hingga 10 Januari 2024, terdapat kondisi dinamika atmosfer yang memicu adanya potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah, yakni Monsun Asia Musim Dingin yang diasosiasikan sebagai musim angin baratan mulai menunjukkan dampaknya terhadap potensi peningkatan massa udara basah di sekitar wilayah Indonesia, sehingga pertumbuhan awan hujan di periode Januari ini diprediksikan cukup intens.

Lalu Aktifitas Madden Julian Oscillation (MJO) saat ini sudah mulai memasuki wilayah Indonesia dan dalam sepekan ke depan secara tidak langsung dapat memicu peningkatan potensi hujan sedang-lebat di beberapa wilayah.

“Kondisi tersebut diperkuat dengan adanya aktifitas gelombang Rossby di wilayah Indonesia bagian barat dan cukup bertahan hingga 5 hari kedepan. Sementara itu, faktor dinamika lain yang turut memperkuat potensi tersebut adalah terbentuknya pola pertemuan angin dan belokan angin di sekitar wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan,” kata Agita saat dihubungi Republika, Jumat (5/1/2024).

Dengan memperhatikan kondisi dinamika atmosfer diatas, maka untuk sepekan ke depan perlu diwaspadai potensi hujan intensitas hingga lebat di sebagian wilayah, yakni Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

Selanjutnya Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Papua Barat, serta Papua.

Agita juga menambahkan bahwa intensitas dan frekuensi hujan di Indonesia tersebut secara umum dipengaruhi oleh perubahan iklim.

“Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap curah hujan di sebagian wilayah Indonesia, baik intensitas hujan yang menjadi lebih tinggi atau rendah, maupun frekuensi hujan yang bertambah sering atau justru menjadi jarang, dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan lingkungan,” kata Agita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement