Jumat 09 Feb 2024 20:17 WIB

Gen Z Diajak Sadar Wujudkan Transisi Energi Bersih

Kesadaran gen Z agar isu transisi energi menjadi inklusif.

Pekerja melakukan perawatan pada panel surya atap di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (14/5/2022).
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Pekerja melakukan perawatan pada panel surya atap di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (14/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID,BENGKULU -- Kanopi Hijau Indonesia menstimulasi para generasi Z dan masyarakat pada umumnya agar memiliki kesadaran kritis dalam mewujudkan transisi energi bersih.

"Kesadaran kritis rakyat menjadi penentu terwujudnya transisi energi bersih, maka perlu dilakukan penyebaran informasi sehingga isu transisi energi menjadi inklusif," kata Manajer Sekolah Energi Bersih Kanopi Hijau Indonesia Hosani Hutapea di Bengkulu, Jumat (9/2/2024).

Baca Juga

Kanopi Hijau Indonesia pun menggelar "Sekolah Energi Bersih #2". Kanopi dalam kegiatan itu menyampaikan dampak buruk energi batu bara dan krisis iklim terhadap setiap sektor kehidupan seperti kehilangan sumber penghidupan, konflik sosial, perubahan cuaca ekstrem, gagal panen, penurunan kualitas kesehatan dan ekonomi.

Salah satu dampak krisis iklim yang dapat dilihat, menurut dia, banyaknya bencana hidrometeorologi berupa banjir, kekeringan, longsor, dan kebakaran hutan. Selama 2023 tercatat 4.940 bencana hidrometeorologi terjadi di Indonesia. Efek dominonya terlihat pada sektor pangan pada 2023, di mana sebanyak 57 ribu petani mengalami gagal panen.

"Solusi yang pasti adalah transisi energi bersih yang demokratis (untuk mengatasi dampak buruk dari cuaca ekstrem dan krisis iklim akibat penggunaan energi kotor)," kata dia.

Dengan potensi bangsa yang menghasilkan 363.021 MegaWatt dari air, matahari dan angin, lanjut Hosani, tentunya sangat memungkinkan untuk meninggalkan energi batu bara yang memiliki dampak buruk pada alam.

"Transisi energi yang diinginkan prinsipnya harus mempertimbangkan hak asasi manusia, memprioritaskan keseimbangan ekologi, bertanggung jawab atas pemulihan ekologi akibat energi kotor. Kemudian diikuti dengan transformasi kebijakan, ekonomi yang beracuan pada keselamatan lingkungan," ucap Hosani.

Ketua Jurusan Sosiologi Universitas Bengkulu Heni Nopianti mengatakan saat ini sedang memulai menanamkan nilai-nilai transisi energi bersih yang adil dan berkelanjutan kepada mahasiswa sosiologi.

"Jurusan sosiologi akan mendorong mahasiswa melakukan penyebarluasan isu transisi energi kepada seluruh mahasiswa selingkup sivitas akademika Universitas Bengkulu” kata Heni.

Peserta "Sekolah Energi Bersih #2" mahasiswa Universitas Bengkulu Ari Bagus Setiawan menyebutkan transisi energi bersih adalah aksi menyelamatkan ketersediaan pangan untuk generasi saat ini dan generasi masa depan.

"Sebagai mahasiswa dan generasi yang akan hidup di masa depan kita perlu melakukan gerakan melawan krisis iklim demi kelayakan dan keselamatan ruang hidup. Misalnya saja kita ingin di berapa tahun ke depan untuk tetap mampu mengakses bahan pangan seperti beras dengan mudah dan terjangkau secara ekonomi," ujarnya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement