Kamis 01 Feb 2024 22:10 WIB

Percepat Transisi Energi, Universitas Pertamina Bantu Kelola Limbah Produksi Tahu Rumahan

Energi hybrid yang dihasilkan dari biodigester dapat digunakan untuk memasak.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
 Pengelolaan limbah industri tahu rumahan itu dilakukan oleh Uper. (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pengelolaan limbah industri tahu rumahan itu dilakukan oleh Uper. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mempercepat capaian Net Zero Emission (NZE) dan transisi energi Indonesia, penerima Beasiswa Sobat Bumi ikut ambil bagian lewat program Desa Energi Berdikari Sobat Bumi (DEB SOBI). Salah satu yang dilakukan adalah mengelola limbah produksi tahu rumahan di Desa Bojongkulur, Bogor, Jawa Barat.

"DEB SOBI membuat anak-anak kami menjadi peka dan terampil untuk menyelesaikan isu-isu di masyarakat, khususnya terkait pencemaran lingkungan dan ekonomi kemasyarakatan," ucap Direktur Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Pertamina (Uper) Muhammad Husni Mubarak lewat keterangannya, Kamis (1/4/2024).

Baca Juga

Pengelolaan limbah industri tahu rumahan itu dilakukan oleh Uper. Setiap harinya, Desa Bojongkulur mampu menghasilkan 50 kilogram tahu atau setara dengan 2.000 potong tahu. Namun, limbah produksi yang dihasilkan belum dikelola dengan baik sehingga berdampak negatif bagi kesehatan warga setempat.

Menjawab permasalahan itu, para penerima Beasiswa Sobat Bumi Universitas Pertamina bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengimplementasikan campuran olahan limbah cair hasil produksi tahu dan kotoran sapi menjadi energi alternatif hybrid, yakni kombinasi biogas dengan panel surya bernama Biosaka-1.

Limbah cair diolah melalui proses fermentasi menggunakan digester berkapasitas 3 meter kubik dan integrasi tenaga surya yang berperan sebagai optimalisasi produksi biogas melalui pengaturan suhu pada digester.

Dalam upaya pemanfaatan biogas untuk masyarakat, pemuda Desa Bojongkulur diberikan edukasi terkait penggunaan energi, pengoperasian digester, dan perawatan digester.

“Energi hybrid yang dihasilkan dari biodigester dapat digunakan untuk memasak, penerangan, pemanas air, dan bahkan untuk menggerakkan mesin atau generator listrik kecil," kata penerima Beasiswa Sobat Bumi sekaligus Koordinator DEB SOBI Uper Reva Angga.

Di kampung tersebut, kata dia, energi yang dihasilkan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari masyarakat, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta mengurangi polusi lingkungan dari limbah organik.

Selain menghadirkan energi alternatif, mereka melakukan penghijauan desa dengan menanam 750 bibit pohon penyerap karbon lewat Aksi Sobat Bumi.

VP CSR & SMEPP Management Pertamina Fajriyah Usman mengapresiasi keterlibatan penerima beasiswa untuk mendukung program unggulan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina, Desa Energi Berdikari. Dia menilai, keterlibatan mereka membantu misi Pertamina untuk mengenalkan transisi energi dan meningkatkan kemandirian masyarakat.

“Teman-teman Sobat Bumi telah menjalankan misi Pertamina untuk mengenalkan transisi energi ke level masyarakat. Harapannya DEB SOBI yang sudah dijalankan bisa bermanfaat dan tereplikasi ke desa-desa lainnya sehingga meningkatkan kemandirian masyarakat dari segi ekonomi dan energi," kata dia.

Kini, terdapat 24 program DEB SOBI dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia, di antaranya pembangkit listrik tenaga surya sebanyak 18 program), gas metana dan biogas sebannyak satu program, dan energi hybrid dari tenaga surya dan biogas lima program.

Sebelum diimplementasikan ke masyarakat, proposal DEB SOBI diuji dan dinilai langsung oleh pihak Pertamina serta ekspertis di bidang EBT dan pemberdayaan masyarakat.

Poin-poin yang diperhatikan dalam program DEB SOBI antara lain kebermanfaatan EBT untuk perekonomian masyarakat, keandalan dan keterjangkauan energi, kelembagaan dan pengetahuan terhadap desa, dan kapabilitas dari para penerima beasiswa dan mentornya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement