Kamis 30 Oct 2025 21:17 WIB

Kolaborasi Jadi Kunci Pengembangan Energi Bersih

Dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan swasta untuk mempercepat transisi energi.

Head of Advisory PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) Irman Boyle dalam forum ISEWGR di Makassar.
Foto: IIF
Head of Advisory PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) Irman Boyle dalam forum ISEWGR di Makassar.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR — Pengembangan energi bersih di Indonesia dinilai membutuhkan kolaborasi erat antara pemerintah dan sektor swasta. Sinergi menjadi kunci untuk mempercepat transisi energi menuju target net zero emission sekaligus menciptakan ekosistem investasi yang berkelanjutan.

Hal itu mengemuka dalam Indonesia Sustainable Energy Week Goes Regional (ISEWGR) Sulawesi yang diselenggarakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Makassar, Rabu (29/10/2025). Acara tersebut menjadi forum diskusi mengenai pentingnya investasi energi terbarukan, penyesuaian kebijakan, serta peran sektor swasta dalam memperkuat infrastruktur energi di Sulawesi Selatan.

Baca Juga

Head of Advisory PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) Irman Boyle mengatakan, tantangan pembangunan infrastruktur energi saat ini tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah. Diperlukan kemitraan yang kuat dengan sektor swasta untuk menciptakan sistem pembiayaan yang lebih efisien dan inklusif.

“Indonesia tengah berupaya melakukan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Sebagai jawaban, IIF hadir untuk fokus menyediakan pembiayaan kepada sektor swasta untuk proyek infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, dan lainnya, dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sosial dan lingkungan,” kata Irman dalam siaran pers, Kamis (30/10/2025).

Ia menjelaskan, IIF kini memperluas dukungan pembiayaan ke sektor energi terbarukan serta menginisiasi langkah dekarbonisasi menuju target net zero emission. “Harapannya, melalui kolaborasi dengan GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit), IIF dapat membangun fasilitas pembiayaan yang mendukung proyek berkelanjutan dan inovatif demi masa depan yang lebih hijau,” katanya.

Selain membahas tantangan pendanaan, IIF juga memperkenalkan berbagai skema pembiayaan, mulai dari berbasis dana (fund-based), non-dana (non-fund-based), hingga layanan konsultasi. Ketiga skema ini dirancang untuk mendukung percepatan proyek infrastruktur, termasuk energi terbarukan di berbagai wilayah Indonesia.

Irman mengatakan, keterlibatan IIF dalam forum ISEWGR menegaskan peran penting lembaga keuangan dalam menjembatani kesenjangan pendanaan dan memperkuat kapasitas pengembang proyek hijau.

“Dengan prinsip keberlanjutan sebagai landasan, IIF berkomitmen memastikan bahwa investasi infrastruktur tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga melindungi lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement