Sabtu 02 Mar 2024 21:24 WIB

Februari 2024 Berpotensi Catatkan Rekor Suhu Rata-rata Global Tertinggi

Dunia kemungkinan besar akan mencatatkan rekor terpanas pada Februari 2024.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Tiga ilmuwan mengatakan bahwa Februari 2024 akan mencapai suhu rata-rata global tertinggi.
Foto: pixabay
Tiga ilmuwan mengatakan bahwa Februari 2024 akan mencapai suhu rata-rata global tertinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia kemungkinan besar akan mencatatkan rekor terpanas pada Februari 2024. Pasalnya di bulan Februari, bunga-bunga telah bermekaran di Jepang hingga Meksiko, menandakan musim semi datang lebih awal. Begitupun di Eropa, lereng-lereng ski telah gundul dari salju, dan suhu di Texas mencapai 38 derajat Celcius.

Meskipun datanya belum final, tiga ilmuwan mengatakan bahwa Februari 2024 akan mencapai suhu rata-rata global tertinggi yang pernah tercatat pada bulan tersebut. Jika hal ini terkonfirmasi, maka akan menjadi rekor suhu bulanan kesembilan berturut-turut yang dipecahkan, demikian menurut analisa Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA). NOAA akan mempublikasikan angka akhir untuk suhu bulan Februari pada 14 Maret.

Baca Juga

“Di Belahan Bumi Utara, rekor suhu tersebut artinya musim semi datang lebih awal,” kata ilmuwan atmosfer NOAA, Karin Gleason, seperti dilansir Reuters, Sabtu (2/3/2024).

"Saya baru saja kembali dari Carolina dan saya melihat bunga-bunga bermekaran di mana-mana. Ini sangat aneh, karena masih Februari,” jelas dia.

Orang-orang di Tokyo juga mengambil foto bunga sakura berwarna merah muda yang mekar sekitar sebulan lebih awal dari biasanya. Sementara itu, pohon jacaranda yang biasanya mekar pada akhir Maret telah memenuhi Mexico City dengan kuncup ungu sejak bulan Januari.

Ketika salju mencair bulan ini di Eropa, jalur ski berubah menjadi lumpur dan tidak ada aktivitas ski di Bosnia dan Italia. Sebuah resor di Prancis bahkan mengubah nama lerengnya menjadi tujuan hiking dan bersepeda.

Di Amerika Serikat, suhu mencapai 22 derajat Celcius di atas normal pada pekan ini, dengan kota Killeen, Texas mencatat rekor suhu 38 derajat Celcius.

“Panas tambahan dari pemanasan global mendatangkan malapetaka pada sistem iklim global, mencairkan gletser di kutub dan pegunungan, menaikkan permukaan air laut, dan mendorong cuaca ekstrem,” kata Anders Levermann, fisikawan di Potsdam Institute for Climate Impact Research.

Rekor suhu tertinggi di musim panas, yang saat ini terjadi di Belahan Bumi Selatan, umumnya menyebabkan lonjakan kematian terkait panas. Gelombang panas melanda Argentina, Peru, Brazil, dan Chile bulan ini, dan kondisi panas serta kering juga berkontribusi terhadap kebakaran hutan di dekat Santiago yang menewaskan sedikitnya 133 orang.

Gleason mengatakan bahwa El Nino diperkirakan akan mereda pada pertengahan tahun 2024 dan dapat dengan cepat beralih ke La Nina – suatu kondisi pendinginan di Pasifik Timur – yang mungkin membantu memutus rangkaian panas tersebut menjelang akhir tahun.

“Tetapi NOAA memperkirakan, ada kemungkinan 22 persen bahwa tahun 2024 akan memecahkan rekor tahun 2023 sebagai tahun terpanas, dan 99 persen kemungkinannya tahun ini menempati 5 besar tahun terpanas,” kata Gleason.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement