Selasa 19 Aug 2025 13:49 WIB

Realita Iklim Baru, Paksa Warga Jerman Menggunakan Pendingin Udara

Survei menunjukkan 18 responden memilikipendingin ruangan, naik13 persen dari 2023.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
Suhu musim panas semakin menyengat di Jerman. Membuat penggunaan AC meningkat. (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Shuji Kajiyama
Suhu musim panas semakin menyengat di Jerman. Membuat penggunaan AC meningkat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebagian besar rumah di Jerman dan di negara-negara paling utara Eropa lainnya, tidak memiliki atau membutuhkan pendingin udara (AC). Namun gelombang panas semakin sering terjadi akhir-akhir ini.

Suhu musim panas semakin menyengat. Kini banyak warga yang terpaksa menggunakan AC portabel untuk meringankan suhu panas.

Baca Juga

"Pendingin ruangan bukan solusi masalah kami, tapi itu satu-satunya solusi yang kami miliki mengingatkan desain kota yang kurang optimal dan kurangnya peneduh," kata salah satu warga Frankfurt, Marc Evans seperti dikutip dari the Japan Times.

Adaptasi realita iklim yang baru membutuhkan biaya yang besar dan upaya yang rumit. Berdasarkan data Eurostat sekitar setengah rumah di Uni Eropa dibangun sebelum 1980-an. Sehingga tidak mudah untuk membuat saluran kabel untuk sistem pendingin udara.

Lebih dari setengah populasi Jerman tinggal di rumah sewaan. Sehingga mereka kerap tidak bersedia berinvestasi untuk memasang AC permanen atau tidak bisa melakukannya tanpa izin pemilik properti.

Bagi pemilik rumah situasinya juga sulit. Pemilik unit apartemen harus meminta izin dari asosiasi pemilik unit untuk dapat memasang AC yang kerap tidak diizinkan karena masalah kebisingan dan lingkungan.

Setelah bulan Juni terpanas di Jerman, penjual dan produsen AC portabel mengatakan mereka kekurangan pasokan. Survei kecil yang digelar bulan ini menunjukkan 18 persen responden mengatakan mereka memiliki pendingin ruangan, naik dari 13 persen pada tahun 2023.

Namun, perkiraan dari badan lingkungan federal Jerman menunjukkan angka kepemilikan sebenarnya lebih rendah. Survei itu menunjukkan dua pertiga pengguna AC di Jerman memakai monoblock, yaitu unit AC yang bisa dipasang di jendela atau berdiri sendiri. Unit ini biasanya memiliki selang pembuangan untuk mengeluarkan udara panas.

Sementara 90 persen rumah tangga Amerika Serikat memiliki AC. Dua pertiganya menggunakan AC sentral atau terpusat.

Masalah terbesar dari AC portabel adalah besarnya daya yang digunakan saat mengeluarkan panas. "Penyewa sering kali harus menggunakan perangkat yang kurang efektif dibandingkan pemilik, dan hal itu dapat berdampak signifikan pada biaya listrik," kata peneliti di Badan Lingkungan Hidup Jerman Daniel de Graaf.

Warga Jerman yang ingin mendapatkan solusi cepat juga dapat memiliki pompa panas portabel yang lebih efisien. Juru bicara Midea Group, produsen peralatan rumah tangga asal Cina mengatakan permintaan untuk "PortaSplit" di Jerman cukup tinggi, terutama mengingat pasar sewa yang berkembang pesat dan suhu yang kian tinggi.

Juru bicara itu menambahkan banyak toko yang kehabisan PortaSplit pada awal musim panas. Di pasaran toko daring, harga satuannya berfluktuasi antara 800 sampai 1.600 euro.

Jaringan toko perangkat keras Toom Baumarkt juga mencatat meningkatnya minat terhadap AC portabel. "Meski cepat dingin dan mudahnya penggunaan masih menjadi prioritas bagi banyak konsumen, aspek lain seperti efisiensi energi dan kesesuaian untuk apartemen sewaan juga semakin penting," kata juru bicara Toom Baumarkt Daria Ezazi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement