REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Ekotoksikologi dari IPB University, Prof Etty Riani, menduga bahwa buih yang muncul di aliran sungai Ciliwung merupakan detergen. Buih tersebut pertama kali ditemukan pada Sabtu, di titik aliran sungai Ciliwung di Kedung Halang, Kota Bogor.
Ia menjelaskan, secara umum terdapat dua bahan aktif yang terkandung dalam deterjen yaitu LAS linear alkyl sulfonate dan ABS alkyl benzene sulfonate. Umumnya, kata Prof Etty, yang paling banyak digunakan adalah ABS karena harganya yang lebih murah. Namun demikian, ABS sulit terurai, sehingga akan terakumulasi dalam ekosistem.
“Tentunya ini akan mengganggu bahkan dapat merusak ekosistem terutama pada mikroorganisme, jika konsentrasinya tinggi bahkan bisa mati,” kata Prof Etty saat dihubungi Republika, Selasa (26/3/2024).
Karena sulit terurai, lanjut Prof Etty, kandungan ABS juga dapat masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Kemudian dapat terakumulasi pada makhluk hidup, sehingga akan mengganggu berbagai proses fisiologis pada makhluk hidup. Selain itu, juga akan mengganggu reproduksi makhluk hidup, baik itu hewan maupun manusia.
“Bahkan jika di dalamnya juga ada nonyl phenol dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada hormon, sehingga dalam konsentrasi tinggi akan mengakibatkan baik hewan hingga manusia menjadi transgender,” kata Prof Etty.
Sebelumnya, River Defender sekaligus Anggota Satuan Tugas Naturalisasi Ciliwung Kota Bogor, Suparno Jumar, menjelaskan bahwa buih atau busa di aliran sungai Ciliwung itu juga menyebabkan sejumlah ikan di aliran sungai Ciliwung mati. Hal ini menurut dia, mengindikasikan bahwa limbah yang mencemari aliran sungai Ciliwung berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup.
“Uji lab saat ini masih dilakukan dan hasilnya belum keluar. Tapi yang jelas, kematian ikan-ikan di aliran sungai Ciliwung bisa menjadi bukti bahwa limbah tersebut berbahaya,” kata Suparno.