REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan di Inggris telah menemukan bukti bahwa mikroplastik mencemari sampel tanah arkeologi. Penemuan ini berpotensi mengubah cara pelestarian peninggalan bersejarah.
Partikel-partikel kecil mikroplastik ditemukan tujuh meter di bawah tanah dalam sampel yang berasal dari abad pertama atau awal abad kedua. Sampel-sampel tersebut pertama kali digali pada tahun 1980-an.
"Ini terasa seperti momen penting, yang menegaskan bahwa apa yang sebelumnya dianggap sebagai endapan arkeologi murni, yang siap untuk diselidiki, ternyata terkontaminasi plastik, dan ini termasuk endapan yang diambil sampelnya dan disimpan pada akhir 1980-an," kata Profesor John Schofield dari Departemen Arkeologi University of York, seperti dilansir Euro Green, Ahad (31/3/2024).
Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kecil, mulai dari seperseribu milimeter hingga lima milimeter. Mikroplastik terbentuk ketika degradasi kimiawi atau keausan fisik menyebabkan potongan plastik yang lebih besar terurai. Plastik ini juga biasa digunakan dalam produk kecantikan hingga sekitar tahun 2020.
"Kami menganggap mikroplastik sebagai fenomena yang sangat modern karena kami baru benar-benar mendengarnya selama 20 tahun terakhir. Namun penelitian dari tahun 2004 mengungkap bahwa mikroplastik telah ada di lautan kita sejak tahun 1960-an karena ledakan polusi plastik pasca-perang dunia kedua," kata David Jennings, kepala eksekutif York Archaeology.
Menurut Jennings, studi baru ini menunjukkan bahwa partikel-partikel tersebut telah menyusup ke dalam endapan arkeologi dan, seperti halnya lautan, hal ini kemungkinan besar terjadi pada periode yang sama, dengan partikel-partikel yang ditemukan dalam sampel tanah yang diambil dan diarsipkan pada tahun 1988 di Wellington Row, York.
Penelitian ini menemukan 16 jenis mikroplastik yang berbeda pada sampel tanah kontemporer dan yang diarsipkan. Tim tersebut mengatakan bahwa kekhawatiran para arkeolog adalah apakah mikroplastik membahayakan nilai ilmiah dari peninggalan yang diawetkan.
Melestarikan arkeologi di tempat penemuannya telah menjadi pendekatan konservasi yang lebih disukai selama beberapa tahun. Tapi temuan baru ini bisa mengubahnya.
"Peninggalan seperti Viking di Coppergate, berada di lingkungan anaerobik yang tergenang air secara konsisten selama lebih dari 1.000 tahun, yang mengawetkan bahan organik dengan sangat baik," kata Jennings.
"Kehadiran mikroplastik dapat dan akan mengubah kimiawi tanah, berpotensi memasukkan unsur-unsur yang akan menyebabkan sisa-sisa organik membusuk. Jika itu yang terjadi, melestarikan arkeologi secara in situ mungkin tidak lagi sesuai,” tambah dia.
Tim tersebut mengatakan bahwa penelitian lebih lanjut mengenai dampak mikroplastik akan menjadi prioritas bagi para arkeolog mengingat potensi dampaknya terhadap situs-situs bersejarah.