Jumat 07 Jun 2024 11:33 WIB

Indonesia Ajak Dunia Kelola Lahan Gambut Berkelanjutan

Ekosistem gambut memiliki peran dalam target penurunan emisi GRK.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Satria K Yudha
Sejumlah peserta menanam bibit pohon di atas lahan gambut dalam program pelestarian lingkungan di Resort Habaring Hurung, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Senin (8/8/2022).
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Sejumlah peserta menanam bibit pohon di atas lahan gambut dalam program pelestarian lingkungan di Resort Habaring Hurung, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Senin (8/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Indonesia membuka pintu bagi dunia Internasional untuk mendukung restorasi dan perbaikan pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan. Aksi kolaborasi diperlukan demi menyokong tercapainya target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

"Indonesia terbuka untuk menerima dukungan multilateral untuk mencapai target restorasi dan perbaikan pengelolaan hidrologis gambut," kata Penanggung Jawab Operasional International Tropical Peatland Center (ITPC) Agus Justianto dalam siaran pers, Jumat (7/6/2024). Ajakan tersebut disampaikan Agus pada acara Global Landscape Forum (GLF) Peatland 2024 di Bonn, Jerman, Kamis (6/6/2024). 

Luas lahan gambut di seluruh Tanah Air tercatat mencapai 24,67 juta hektare. Oleh karena itu, Indonesia menjadi tempat penyimpanan karbon yang sangat besar. 

Ekosistem gambut diketahui memiliki peran yang sangat vital dalam target penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (Forest and Other Land Use/FOLU). Indonesia menargetkan untuk mencapai FOLU Net Sink pada 2030, yang mana penyerapan karbon dari sektor FOLU lebih tinggi dibanding emisinya di tingkat minus 140 juta ton CO2 equivalen. 

Dalam Dokumen Operasional Indonesia's FOLU Net Sink 2030, pengurangan emisi karbon dari lahan gambut akan dilakukan melalui restorasi dan perbaikan tata kelola air dengan tujuan mengurangi emisi dari dekomposisi dan kebakaran. Adapun lahan gambut yang menjadi target seluas 3,56 juta hektare terdiri atas  1,88 juta hektare berupa aktivitas restorasi dan 1,67 juta hektare perbaikan tata kelola air.

Agus menyatakan ada empat strategi untuk memperkuat manajemen ekosistem gambut, yaitu dengan menjaga kelembapan gambut, memperbaiki tutupan lahan gambut, merevitalisasi pemanfaatan lahan gambut, dan memperkuat lembaga pengelola lahan gambut. 

"Keempat aksi strategi itu mesti diimplementasikan di tingkat Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) secara sistematis dan terintegrasi karena lahan gambut menyatu berkat fungsi hidrologisnya. Pembatasnya bukan batas kawasan atau administrasi pemerintahan," kata Penanggung Jawab Operasional ITPC itu.

Ia melanjutkan, dukungan multilateral untuk perbaikan manajemen ekosistem gambut bisa disalurkan melalui International Tropical Peatlands Center (ITPC) yang berkantor pusat di Bogor, Jawa Barat. ITPC diinisiasi oleh Indonesia, Kongo, dan Republik Demokratik Kongo untuk mendukung pengelolaan lahan gambut tropis berkelanjutan.

Menurut Agus, melalui ITPC, kerja sama multilateral diharapkan semakin meningkat untuk memperbaiki pengelolaan ekosistem gambut di Indonesia dan juga di negara-negara pemilik gambut tropis lainnya. "Indonesia sebagai negara pendiri dan anggota ITPC, berharap dukungan dari berbagai lembaga internasional untuk implementasi dan pengembangan program-program dan aktivitas ITPC."

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement