Ahad 30 Jun 2024 14:20 WIB

Indonesia dan Norwegia Perkuat Kerja Sama Atasi Tantangan Iklim

Indonesia dan Norwegia membahas faktor kunci dalam pengelolaan hutan lestari.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Menteri Lingkungan Hidup RI Siti Nurbaya bersama Menteri Iklim dan LH Norwegia
Foto: Dok.Kemen-LHK.
Menteri Lingkungan Hidup RI Siti Nurbaya bersama Menteri Iklim dan LH Norwegia

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen melakukan pertemuan bilateral di sela-sela penyelenggaraan Oslo Tropical Forest Forum (OTFF) 25-26 Juni 2024. Dalam pertemuan itu, Indonesia dan Norwegia sepakat terus mempererat kerja sama di bidang lingkungan.

Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan delegasi Norwegia ke Indonesia saat Norwegia menyaksikan langsung langkah-langkah konkret Indonesia dalam mengurangi deforestasi dan mendorong tercapainya Indonesia FOLU Net Sink 2030.

Baca Juga

“Kami berkomitmen untuk terus membangun momentum yang telah dihasilkan. Kolaborasi saat ini sangat penting dan saya yakin kita dapat mencapai tujuan bersama untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang,” kata Siti dalam siaran pers KLHK seperti dikutip pada Ahad (29/6/2024).

KLHK mengatakan kerja sama antara Indonesia dan Norwegia terus menguat dan memberikan dampak global yang signifikan dalam mengatasi tantangan iklim dan lingkungan hidup. Salah satu pencapaian utama adalah melalui pengelolaan hutan lestari yang efektif.

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia dan Norwegia membahas faktor kunci dalam pengelolaan hutan lestari, yaitu Sistem Pemantauan Hutan. Sistem ini menjadi instrumen penting bagi pengambil keputusan, memerangi perubahan iklim, dan meningkatkan penghidupan masyarakat.

Sistem Pemantauan Hutan mencakup penyediaan sistem peringatan dini secara real-time yang membantu deteksi ancaman terhadap hutan, termasuk deforestasi, degradasi hutan, kebakaran hutan, dan lain-lain. Selain itu, langkah-langkah lanjutan akan dilakukan berdasarkan berbagai pengetahuan yang diperoleh dari Norwegia, khususnya mengenai gambut.

Rencana ini meliputi pengembangan plot model tata kelola gambut dengan suksesi alami atau revegetasi sesuai kondisi yang ada, seperti di Riau atau Sumatra Selatan. Selain itu, plot model lain yang sudah direncanakan di Kalimantan Tengah akan dilakukan bersama Jepang.

Dukungan dari Norwegia juga dipertimbangkan untuk International Tropical Peatland Centre (ITPC) dengan riset di Bogor, yang didirikan atas kerja sama antara Indonesia, Republik Kongo, dan Peru pada 2018.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement