Senin 02 Sep 2024 15:23 WIB

Inggris Siap Perbarui Target Iklim

Inggris ingin memainkan peran penting dalam mendorong transisi energi global.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Iklim (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Iklim (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris mempertimbangkan meningkatkan komitmennya dalam memangkas emisi gas rumah kaca. Kemungkinan komitmen ini akan disampaikan pada Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP29) tahun ini. Harapannya, rencana ini dapat memicu ambisi global dalam memangkas emisi dan mendorong negara lain mengikutinya.

Berdasarkan Perjanjian Paris 2015, untuk membatasi suhu bumi tidak di atas 1,5 derajat Celsius dari masa pra-industri, negara-negara di seluruh dunia wajib menyampaikan target nasionalnya (NDC) dalam pemangkasan emisi pada Februari mendatang.

Menteri Energi dan Nol-Emisi Inggris Ed Miliband berharap dapat mengumumkan target baru beberapa bulan sebelumnya. Rencana ini mendapat dukungan dari Perdana Menteri Keir Starmer yang ingin mengembalikan posisi Inggris dalam negosiasi iklim di panggung internasional.

Starmer menghadiri COP28 saat masih berperan sebagai oposisi. Ia juga diundang ke COP29 yang akan digelar di Baku, Azerbaijan bulan November mendatang.

Aktivis yang mewakili negara-negara berkembang menyambut baik rencana Inggris untuk menyampaikan target emisi terbarunya lebih awal. Direktur keterlibatan global Fossil Fuel Non-Proliferation Treaty Initiative Harjeet Singh mengatakan Inggris memiliki peluang untuk menetapkan standar kepemimpinan dan kesetaraan iklim dengan mengumumkan NDC sebelum COP29.

"Pendekatan proaktif akan memberi sinyal ke negara maju lainnya pentingnya meninggalkan produksi bahan bakar fosil dan berkomitmen pada energi terbarukan di masa depan," kata Singh seperti dikutip dari the Guardian, Senin (2/8/2024).

Ia menambahkan dengan meningkatkan investasi energi bersih di dalam negeri dan memenuhi janji untuk turut berkontribusi pada pendanaan iklim di negara-negara berkembang, Inggris dapat memainkan peran penting mendorong transisi energi global.

"Di bawah pemerintahan sebelumnya kepemimpinan internasional dan diplomasi Inggris sangat tertinggal," kata direktur lembaga think-tank Power Shift Africa, Mohamed Adow.

Ia mengatakan dengan menjadi negara pertama yang mengumumkan NDC merupakan langkah yang diharapkan dari pemerintah baru. Adow berharap Inggris memasukkan komitmen untuk menghapus penggunaan bahan bakar fosil di NDC-nya.

"Itu akan menjadi contoh bahwa rencana-rencana iklim harus disalurkan melalui proses PBB dibandingkan diumumkan secara ad hoc tapi komitmennya tidak pernah diresmikan, ini menunjukkan jalan bagi negara lain untuk mengikuti," kata Adow.

Di bawah perjanjian iklim Paris 2015, negara-negara harus menetapkan NDC mereka yang berisi target pengurangan emisi di masa depan dalam siklus lima tahunan dan target tersebut akan diperkuat setiap saat. NDC Inggris saat ini menjanjikan pengurangan emisi sebesar 68 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun 1990.

Miliband meminta Komite Perubahan Iklim untuk memberikan saran mengenai target Inggris berikutnya, yaitu untuk tahun 2035. Rekomendasi Komite Perubahan Iklim kemungkinan besar akan diumumkan sebelum anggaran musim gugur pada akhir Oktober.

Jika hal itu terjadi, maka hanya akan ada sedikit waktu sebelum COP29 untuk menyusun NDC yang lengkap. PBB berharap agar negara-negara menyerahkan NDC sebagai rencana yang terperinci, bukan hanya target-target sederhana, agar implementasinya dapat berjalan dengan baik.

Namun, Inggris dapat mengumumkan target sementara dan kemudian menulis NDC yang terperinci untuk kemudian diserahkan kepada PBB sebelum tenggat waktu penyerahan NDC yang masih lama. Seperti yang dijanjikan dalam pernyataan bersama dengan Brasil pada awal bulan ini.

COP29 akan berlangsung mulai tanggal 11 November, beberapa hari setelah pemilihan umum AS. Sehingga menyulitkan pemerintah AS untuk merencanakan dampak hasil pemilihan dalam negosiasi iklim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement