REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Universitas Indonesia Berly Martawardaya menekankan pentingnya Indonesia segera melakukan transisi energi bersih. Jika tidak, negara kepulauan ini menghadapi ancaman serius akibat perubahan iklim, termasuk hilangnya sebagian besar wilayah daratannya.
"Dalam simulasi, jika permukaan laut naik 5 meter, Pantura akan habis sekitar 5-7 kilometer, Sumatera bagian timur, dan Kalimantan bagian selatan akan tenggelam. Belum lagi pulau-pulau kecil yang bisa hilang," kata Berly di Detik Leaders Forum, Menuju Indonesia Hijau, Selasa (17/9/2024).
Ia menegaskan, Indonesia yang terdiri atas lebih dari 17.000 pulau, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim jika tidak segera bertindak. Sebagai negara agraris, Berly juga menekankan sektor pertanian akan mengalami gangguan besar jika polusi dan emisi terus meningkat
“Pemanasan global menyebabkan ketidakpastian waktu tanam, yang berdampak langsung pada hasil panen. Petani kita akan semakin sulit beradaptasi," jelasnya.
Selain itu, emisi dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara juga memicu masalah kesehatan, khususnya bagi kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak.
Menurut studi yang dikutip Berly dari Harvard, jika Indonesia tidak mengurangi penggunaan batu bara, ribuan kematian tambahan akan terjadi dalam 10 tahun mendatang. Hal ini disebabkan oleh polusi udara yang dihasilkan oleh partikel-partikel berbahaya dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. "Batu bara adalah salah satu sumber energi paling kotor," tegasnya.
Namun, Berly juga melihat peluang besar bagi Indonesia di sektor energi terbarukan. Ia mengungkapkan, beberapa perusahaan global, termasuk yang berbasis di Singapura dan Kuala Lumpur, memiliki permintaan tinggi untuk energi bersih untuk operasi pabrik dan kantor mereka.
"Mereka punya kewajiban untuk menjaga citra lingkungan dan tanggung jawab sosial (ESG). Pelanggan di negara maju ingin bekerja sama dengan perusahaan yang tidak merusak lingkungan," katanya.
Berly mencontohkan beberapa perusahaan besar seperti Tesla, Apple, Mercedes, dan Volkswagen yang telah masuk ke Indonesia, dan menekankan mereka ingin bekerja dengan industri yang menggunakan energi bersih.
"Jika Indonesia ingin menarik investasi high profile dan teknologi tinggi yang bersih, kita harus menyediakan energi yang ramah lingkungan. Saat ini, kita baru merealisasikan 0,3 persen dari potensi energi terbarukan di Indonesia," katanya.
Indonesia memiliki potensi besar...(halaman berikutnya)