Selasa 22 Oct 2024 20:00 WIB

COP16 Undang Enam Pemuda Indonesia Bahas Keanekaragaman Hayati Dunia

Perhelatan COP16 sangat relevan dengan Indonesia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Logo COP16 Colombia
Foto: Wikimedia Commons
Logo COP16 Colombia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari 190 negara berpartisipasi dalam Pertemuan Keanekaragaman Hayati PBB (COP16) di Cali, Kolombia. Kegiatan yang digelar dari 21 Oktober sampai 1 November ini mempertemukan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi pemerhati, masyarakat adat, bisnis, kelompok orang muda, masyarakat sipil, dan akademisi.  

Enam pemuda Indonesia diundang menghadiri COP16 untuk membahas permasalahan keanekaragaman hayati. Keenam pemuda itu adalah F Deliana Winki (Pendiri dan pengajar Sekolah Adat Arus Kualan), Andi Reza Zulkarnain (Co-chair Young People Action Team (YPAT) UNICEF East Asia and Pacific (EAPRO), Novita Ayu Matoneng Oilsana (Pendiri Komunitas BALENTA), Salma Zakiyah (Program Officer MADANI Berkelanjutan), Raja Mulkan Azhari (Campaigner Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAkA), dan Naomi Waisimon (Social Entrepreneur).

Baca Juga

Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia Mufti Barri mengatakan COP16 sangat relevan dengan Indonesia, yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Ia mengatakan keanekaragaman hayati tak hanya mencakup satwa dan tanaman, melainkan juga manusia, termasuk masyarakat adat yang juga menjadi bagian dari ekosistem itu sendiri.

“COP kali ini sangat penting untuk menunjukkan siapa sebenarnya penjaga keanekaragaman hayati atau biodiversitas di bumi ini. Juga untuk memastikan kehidupan yang selaras dengan alam," kata Mufti, Selasa (22/10/2024).  

Mufti menjelaskan gangguan alam sekecil apa pun akan berdampak signifikan terhadap kehidupan manusia, karena manusia sejatinya menjadi bagian dari ekosistem tersebut. Ia mencontohkan wabah Covid-19 yang terjadi karena adanya gangguan ekosistem dan rantai makanan. Hingga kemudian memunculkan dan menyebarkan virus baru dan berdampak sangat besar terhadap kehidupan manusia.

Organisasi kelompok pemuda di Kolombia, tuan rumah COP16, Life of Pachamama mengadakan program solidaritas di konvensi tersebut. Organisasi itu mengungkapkan, kegiatan ini merupakan platform yang dinamis untuk mengintegrasikan pengalaman dan memobilisasi pemimpin muda dalam isu biodiversitas yang kritis. Mereka menekankan pentingnya partisipasi pemuda dari kawasan Global South dalam dialog tentang keadilan iklim dari wilayah dan komunitas mereka, sekaligus mendorong kerja sama dan solidaritas.

Dalam pernyataannya, Co-leader COP16 Strategy Jose Fernando Palacio dan Associate Director Life of Pachamama Juan David Amaya  menjelaskan, para delegasi muda Indonesia dipilih berdasarkan sejumlah pertimbangan. Misalnya, representasi yang adil diupayakan dari seluruh wilayah Indonesia, dengan perhatian khusus pada daerah yang paling terdampak oleh perubahan iklim dan titik-titik keanekaragaman hayati yang teridentifikasi.

Selain itu, delegasi harus menunjukkan keterlibatan aktif dalam kelompok-kelompok keadilan iklim di tingkat lokal, nasional, atau internasional. Jose dan Juan menegaskan, setiap delegasi memiliki peran penting di COP16.

Selain berpartisipasi dalam sejumlah panel utama, mereka juga akan memiliki ruang untuk berinteraksi langsung dengan para pengambil keputusan global. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa suara masyarakat dan wilayah yang paling terdampak dipertimbangkan dalam diskusi keanekaragaman hayati.

“Kami berharap para delegasi muda ini melihat diri mereka tidak hanya sebagai pengamat, tetapi sebagai aktor transformatif. Semoga pengalaman ini akan memperkuat kapasitas mereka untuk mempengaruhi kebijakan di masa depan, dan bahwa mereka akan kembali ke komunitas mereka dengan alat dan pengetahuan yang memungkinkan mereka untuk terus memperjuangkan masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement