Senin 28 Oct 2024 11:24 WIB

Aksi Muda Jaga Iklim 2024: Puluhan Ribu Pemuda Indonesia Bersatu Melawan Krisis Iklim

Anak muda adalah kelompok yang paling merasakan dampak perubahan iklim.

Kegiatan pawai bebas plastik di Jayapura, Papua, dalam rangkaian Aksi Muda Jaga Iklim 2024.
Foto: AMJI
Kegiatan pawai bebas plastik di Jayapura, Papua, dalam rangkaian Aksi Muda Jaga Iklim 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekitar 65 ribu pemuda dari seluruh Indonesia berpartisipasi dalam Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) 2024. Puncak aksi tersebut dihelat serentak di 1.285 lokasi di seluruh Indonesia pada 26 Oktober 2024 untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-96, menandai semangat kolektif anak muda untuk menanggapi dampak perubahan iklim yang semakin mendesak.

AMJI 2024 diinisiasi oleh komunitas Penjaga Laut, EcoDefender, dan Yayasan EcoNusa. Koordinator Nasional Penjaga Laut, Erwin Falufi Irianti, mengatakan banyak pemuda yang resah terhadap kondisi perubahan iklim, namun mereka belum memiliki wadah untuk bergerak bersama.

“Kami merasa perlu adanya aksi yang terus berkelanjutan dengan motor penggeraknya adalah anak-anak muda. AMJI juga mengedepankan isu lingkungan sekitar kita yang dapat disuarakan, melalui aksi nyata secara spesifik,” kata Erwin.

Anak muda adalah kelompok yang paling merasakan dampak perubahan iklim. Laporan The Climate Crisis Is a Child Rights Crisis: Introducing the Children’s Climate Risk Index’dari UNICEF pada 2021 menyebutkan bahwa dari peringkat negara dengan tingkat paparan dan kerentanan anak terhadap perubahan iklim, anak-anak Indonesia termasuk yang paling rentan di dunia. 

Menurut CEO Yayasan EcoNusa, Bustar Maitar, Indonesia adalah negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa. Dengan kondisi geografis seperti ini, Indonesia adalah negara yang paling rawan terdampak perubahan iklim.

“Untuk menghentikan laju perubahan iklim ini tidak bisa dilakukan oleh kita sendiri, tapi harus dilakukan bersama-sama, berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk anak muda, pemerintah, swasta, organisasi,” ujarnya. 

AMJI mengundang organisasi atau komunitas di seluruh Indonesia untuk bergerak bersama melawan krisis iklim. Tahun ini, sebanyak 85 komunitas dan organisasi bergabung menjadi kolaborator dan puluhan ribu relawan bergabung di semua titik aksi. Mereka terdiri dari pemerintah, pemuda, komunitas, dan sektor swasta. Kegiatan yang dilakukan pun beragam, di antaranya penanaman 18.400 mangrove dan 24.245 pohon, pembagian 21.680 bibit tanaman, penyemaian 450 bibit, aksi bersih-bersih sampah, transplantasi 60 anakan terumbu karang, pelepasan 115 tukik, pembuatan ecobrick, dan diskusi mengenai efek pemanasan global.

Di Tangerang Mangrove Center, sebagai salah satu titik utama AMJI, sekitar 200 peserta melakukan aksi menanam 5.000 bibit mangrove, menyemai 3.100 batang mangrove, dan membersihkan sampah di sekitar pantai Teluk Naga. Kepala Badan Kesatuan Pemangku Hutan Serang, Perum Perhutani, Ronald Makabory, menyambut baik inisasi anak muda untuk menjaga lingkungan ini, terutama dengan menanam mangrove untuk mengurangi gas rumah kaca.

“Sekarang negara kita sedang berupaya mencapai NDC (Nationally Determined Contribution/Target Kontribusi Nasional) salah satunya dengan penanaman mangrove. Jadi kami sangat mengapresiasi teman-teman AMJI melakukan kegiatan ini,” tuturnya.  

Kegiatan AMJI masih akan berlangsung hingga akhir Oktober nanti, salah satunya akan ada Parade Monster Plastik, yang akan dilaksanakan di 5 kota, yakni Jakarta (27 Oktober), Pontianak (27 Oktober), Makassar (26 Oktober), Ambon (26 Oktober), dan Sorong (28 Oktober). Monster plastik menjadi simbol ancaman sampah plastik sekali pakai. Monster tersebut akan akan diarak di jalan-jalan yang menjadi jantung 5 kota tersebut. Ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya sampah plastik. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement