Rabu 13 Nov 2024 16:15 WIB

Di COP29, PLN Paparkan Berbagai Inisiatif dan Strategi Pembiayaan Transisi Energi

PLN telah merancang beberapa inisiatif pembiayaan hijau.

Suasana talkshow dengan tema
Foto: PLN
Suasana talkshow dengan tema "Fostering and Enabling Innovative Climate Finance Mechanism" di Indonesian Pavilion pada gelaran COP29, Baku, Azerbaijan, Selasa (12/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU - PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya mendukung visi swasembada energi yang dicanangkan pemerintah melalui penggunaan energi bersih. Dalam Conference of the Parties (COP) 29 di Azerbaijan, perseroan memaparkan berbagai inisiatif pendanaan hijau untuk mendukung proyek yang berkaitan dengan transisi energi di tanah air.

Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral, Mari Elka Pangestu menyampaikan, Pemerintah Indonesia telah menginisiasi Global Blended Finance Alliance (GBFA) guna merangkul berbagai negara berkembang untuk berkolaborasi dalam pembiayaan transisi energi. Sejak diluncurkan di KTT G20, GBFA telah diikuti oleh beberapa negara seperti Perancis, Kanada dan Kenya.

Baca Juga

"GBFA bertujuan untuk membantu pembiayaan sebagai upaya mengurangi perubahan iklim dan SDGs. Perkiraan (pembiayaan) untuk aksi iklim saja berkisar antara 1-2 triliun dolar AS. Jika ditambahkan upaya SDGs ke dalamnya, jumlahnya akan mencapai sekitar 6 triliun dolar AS,” ungkap Mari dalam Indonesian Pavilion Talkshow "Fostering and Enabling Innovative Climate Finance Mechanism" di COP29, Baku, Azerbaijan, Selasa (12/11).

Dalam hal ini, lanjut Mari, negara berkembang termasuk Indonesia harus merancang strategi untuk menyiasati gap pendanaan tersebut. Berdasarkan perhitungan Kementerian Keuangan, dibutuhkan sekitar 280 miliar dolar AS untuk seluruh aksi iklim Indonesia hingga tahun 2030 yang hanya sekitar 30 persen bisa didanai anggaran negara, sehingga sisanya akan bersumber dari swasta dan sumber lainnya.

"Sebagaimana yang disampaikan pak Hashim (Djojohadikusumo) dalam sambutannya kemarin, beliau menegaskan bahwa pemerintahan baru akan melanjutkan komitmen pemerintahan sebelumnya. Dan ini (GBFA), adalah salah satu komitmen yang kami harap dapat dilanjutkan," imbuh Mari.

Sementara itu, Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly mengungkapkan bahwa PLN sebagai tulang punggung kelistrikan di Indonesia telah secara konsisten menunjukkan komitmennya dalam pengelolaan dana investasi hijau untuk mendukung visi swasembada energi. Oleh sebab itu, PLN terus menggalang pembiayaan hijau dari lembaga publik, bilateral, multilateral hingga swasta.

Dalam konteks ini, PLN telah merancang beberapa inisiatif pembiayaan hijau, salah satunya melalui penyusunan Sustainable Linked Financing Framework (SLFF) dan Green Financing Framework (GFF).

Sinthya memaparkan bahwa PLN telah merancang strategi pendanaan proyek energi hijau dalam transisi energi di tanah air. PLN menargetkan pengembangan pembangkit 75 persen berbasis energi terbarukan. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan pendanaan yang diperkirakan mencapai lebih dari 100 miliar dolar AS hingga 2033.

“Untuk memperoleh pembiayaan transisi energi, salah satu yang paling utama menurut perspektif PLN adalah menyiapkan proyek yang tepat. Kami punya ratusan daftar proyek mulai dari pembangkitan, transmisi dan distribusi, termasuk juga smart grid,”’papar Sinthya.

Sinthya juga menambahkan bahwa PLN akan terus mengeksplorasi berbagai opsi pendanaan, baik melalui kerja sama dengan pemberi pinjaman internasional maupun sumber daya lokal untuk memastikan transisi energi berjalan sesuai rencana. Beberapa mitra institusi keuangan yang memberikan dukungan untuk  transisi energi PLN di antaranya World Bank, Asian Development Bank (ADB) hingga Just Energy Transition Partnership (JETP).

"Dalam dua tahun terakhir, kami telah mendapatkan sekitar 2,9 miliar dolar AS dan saat ini kami sedang berdiskusi dengan ADB untuk pembiayaan sekitar 4,8 miliar dolar AS. Kami juga tengah berbicara dengan beberapa investor lain dan total potensi pendanaan yang sudah kami miliki saat ini sebesar 46,9 miliar dolar AS,” pungkas Sinthya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement