Kamis 14 Nov 2024 14:23 WIB

Bank-Bank Pembangunan Berjanji Tingkatkan Pendanaan Iklim

Tahun 2024 hampir dipastikan merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Perubahan iklim (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Negosiator Pertemuan Perubahan Iklim PBB ke-29 (COP29) menyambut baik janji bank-bank pembangunan meningkatkan pendanaan untuk negara-negara pendapatan menengah dan rendah yang kesulitan dengan perubahan iklim. Janji ini dinilai akan mendorong diskusi soal pendanaan iklim di pertemuan yang berlangsung selama dua pekan.

Sekelompok bank, termasuk Bank Dunia, mengumumkan target bersama untuk meningkatkan pendanaan iklim menjadi 120 miliar dolar AS hingga 2030. Jumlah itu naik sekitar 60 persen dari angka tahun 2023.

"Saya kira ini tanda yang sangat baik, ini sangat membantu, tapi hanya ini saja tidak cukup," kata Menteri Iklim Irlandia Eamon Ryan, Rabu (13/11/2024).

Wakil Perdana Menteri Cina Ding Xuexiang mengatakan Cina sudah memobilisasi sekitar 24,5 miliar dolar AS untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi perubahan iklim. CEO Global Center on Adaption Patrick Verkooijen juga menyambut baik janji bank-bank pembangunan yang menurutnya akan mendorong diskusi pendanaan iklim. "Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Verkooijen.

Tujuan utama COP29 di Baku, Azerbaijan, adalah untuk mengamankan berbagai kesepakatan pendanaan iklim yang diperkirakan mencapai triliun dolar AS. Negara-negara berkembang berharap negara-negara industri kaya yang merupakan penghasil emisi historis dan produsen bahan bakar fosil terbesar di dunia meningkatkan komitmennya.

"Negara-negara maju tidak hanya mengabaikan tugas historis mereka untuk mengurangi emisi, mereka juga menggandakan pertumbuhan yang didorong bahan bakar fosil," kata aktivis iklim Harjeet Singh.

Pada 2009, negara-negara kaya berjanji menyalurkan 100 miliar dolar AS per tahun untuk membantu transisi energi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara berkembang. Harapan target pendanaan iklim dapat meningkat di COP29 pupus setelah kemenangan Donald Trump yang berjanji akan kembali menarik AS dari Perjanjian Paris. Saat ini AS merupakan penghasil minyak dan gas terbesar di dunia dan Trump berjanji akan memaksimalkan produksinya.

Utusan Khusus bidang Perubahan Iklim pemerintah Presiden Joe Biden, John Podesta mengatakan Cina dan Uni Eropa harus memimpin pendanaan iklim internasional bila dukungan Washington berkurang.

"Kami memiliki pilihan yang jelas antara masa depan yang lebih bersih dan aman dan masa depan yang lebih kotor, berbahaya dan mahal, kita tahu apa yang harus dilakukan, mari bekerja, mari selesaikan," kata Podesta.

Ilmuwan mengatakan tahun 2024 hampir dipastikan merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat. Hal ini menunjukkan pemanasan global dan dampaknya terjadi lebih cepat dibanding yang diperkirakan sebelumnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement