Senin 16 Dec 2024 17:03 WIB

BMKG Prediksi Salju di Puncak Jayawijaya akan Habis pada 2026

Ada beberapa faktor yang disebut memengaruhi percepatan pencairan salju Jayawijaya.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Puncak Gunung Jayawijaya. BMKG memprediksi salju di Puncak Jayawijaya akan habis pada 2026.
Foto: wisatasenibudaya.com
Puncak Gunung Jayawijaya. BMKG memprediksi salju di Puncak Jayawijaya akan habis pada 2026.

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Salju di Puncak Jayawijaya, Papua, diprediksi akan habis pada 2026. Hal ini disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Moses Kilangin Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.

Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Moses Kilangin Mimika Reza mengatakan hasil penelitian terbaru BMKG Pusat, luasan salju pada 2022 mencapai 0,23 kilometer persegi menyusut sekitar 0,11 kilometer persegi hingga 0,16 meter persegi. "Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pencairan salju ini semakin signifikan, untuk ketebalan salju yang tersisa hanya 4 meter," kata dia pada Senin (16/12/2024).

Baca Juga

Selain faktor berubah iklim, kata dia, curah hujan yang tinggi di wilayah tersebut turut memengaruhi percepatan pencairan salju, penurunan luasan, dan ketebalan salju telah diamati selama beberapa tahun terakhir. "Dulu embun dan uap air di Puncak Jayawijaya akan membeku menjadi salju, namun sekarang hujan lebih sering turun di Puncak Jayawijaya ini justru mempercepat pencairan es," ujarnya.

Dia menjelaskan faktor lain yang turut mempercepat pencairan salju yang panas dari batuan pegunungan sekitar, kombinasi antara hujan, panas bebatuan dan perubahan iklim menciptakan proses pencairan yang lebih agresif. "Jadi ada dua faktor utama yakni pencairan dari atas karena hujan dan pencairan dari bawah akibat panas bebatuan dan dampak pencairan salju diprediksi akan dirasakan di pegunungan dan dataran rendah," kata dia.

Dia mengatakan penelitian ini menjadi alarm bagi berbagai pihak untuk lebih peduli terhadap dampak perubahan iklim, kehilangan salju tidak hanya menjadi kerugian ekologis tetapi memengaruhi ekosistem dan kehidupan masyarakat sekitar. "Semoga dengan adanya informasi ini, masyarakat dapat memahami kondisi yang terjadi saat ini dan kami akan terus memantau dan memberikan data terbaru terkait fenomena ini," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement