Sabtu 21 Dec 2024 12:17 WIB

Ilmuwan Temukan 27 Spesies Baru di Hutan Amazon

Ekosistem hutan amazon bertambah ditengah isu krisis iklim

Rep: Lintar Satria/ Red: Intan Pratiwi
Kebakaran di kawasan hutan hujan Amazon di Altamira, Brasil, Senin (26/8). Lokasi kebakaran sangat dekat dengan lahan milik pribumi Kayapo.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Kebakaran di kawasan hutan hujan Amazon di Altamira, Brasil, Senin (26/8). Lokasi kebakaran sangat dekat dengan lahan milik pribumi Kayapo.

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Lembaga non-profit Conservation International melaporkan penemuan 27 spesies baru selama ekspedisi di hutan Amazon, Peru, pada tahun 2022. Salah satu temuan paling menarik adalah "tikus amfibi," yang memiliki selaput di kakinya dan dikenal sebagai pemakan serangga air.

Kepala Program Asesmen Cepat Conservation International, Trond Larsen, mengungkapkan bahwa para ilmuwan juga menemukan tikus berduri, tupai, delapan jenis ikan, tiga jenis amfibi, dan 10 spesies kupu-kupu. Selain itu, terdapat 48 spesies lain yang berpotensi dikategorikan sebagai spesies baru, namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Spesies-spesies baru ini ditemukan di kawasan lindung Alto Mayo, yang dikenal memiliki berbagai ekosistem, wilayah adat, dan desa-desa yang kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut Larsen, menemukan begitu banyak spesies mamalia dan vertebrata baru di lanskap yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti Alto Mayo adalah pencapaian yang luar biasa.

Ekspedisi yang berlangsung dari Juni hingga Juli 2022 ini melibatkan 13 ilmuwan, teknisi lokal, dan anggota kelompok masyarakat adat. Larsen memuji kontribusi masyarakat Awajun dalam ekspedisi ini, dengan menekankan bahwa mereka memiliki pengetahuan tradisional yang luas tentang hutan, hewan, dan tumbuhan yang hidup berdampingan dengan mereka.

Di antara spesies yang ditemukan, Larsen menyoroti tikus berduri yang memiliki bulu yang kaku dan tahan terhadap lingkungan ekstrem, tikus amfibi dengan selaput di kakinya yang memungkinkannya bergerak di lingkungan berair, dan tupai kerdil berukuran hanya 14 cm dengan warna cokelat kastanye. Larsen menggambarkan tupai tersebut sebagai hewan kecil yang menggemaskan, sangat cepat, dan gesit melompat dari satu pohon ke pohon lainnya.

Temuan lainnya yang menarik perhatian adalah ikan berkepala gumpalan, sejenis ikan lele lapis baja yang unik. Sepanjang ekspedisi selama 38 hari, para ilmuwan mencatat 2.046 spesies dengan menggunakan perangkap kamera, sensor bioakustik, dan pengambilan sampel DNA.

Sebanyak 49 spesies yang ditemukan diklasifikasikan sebagai spesies terancam punah, termasuk monyet berbulu ekor kuning dan monyet pohon. Larsen menegaskan bahwa penemuan ini menyoroti pentingnya upaya perlindungan kawasan lindung seperti Alto Mayo. Ia menambahkan bahwa kecuali langkah-langkah perlindungan yang konkret segera diambil untuk melestarikan kawasan ini, ada kemungkinan besar spesies-spesies tersebut tidak akan bertahan dalam jangka panjang.

Penemuan ini tidak hanya mengungkap keanekaragaman hayati yang luar biasa di Amazon, tetapi juga menjadi pengingat mendesak tentang perlunya konservasi aktif untuk memastikan kelestarian ekosistem yang rapuh ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement