Selasa 08 Apr 2025 15:34 WIB

ASEAN Belum Optimal Manfaatkan Potensi Energi Terbarukan

Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Pekerja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (15/2/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Pekerja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (15/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lembaga think-tank Ember melaporkan pertumbuhan energi bersih untuk listrik negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) tidak mampu memenuhi lonjakan permintaan. ASEAN belum optimal dalam memanfaatkan potensi energi baru dan terbarukan (EBT).

Energi bersih hanya memasok 23 persen sumber energi untuk pembangkit listrik di ASEAN. Dalam laporan tahunan Global Electricity Review 2025, Ember mengatakan ASEAN memiliki potensi sumber energi surya dan angin yang belum dimanfaatkan.

Ember mengatakan potensi sumber energi surya ASEAN mencapai 30 ribu gigawatt dan sumber energi angin sebesar 1.300 gigawatt. Namun pemanfaatan sumber energi surya masih di bawah 26,6 gigawatt dan angin 6,8 gigawatt.

Ember mengatakan, Indonesia sebagai produsen bahan bakar fosil terbesar di ASEAN, masih bergantung pada bahan bakar fosil dengan kontribusi mencapai 81 persen terhadap total pasokan listriknya pada tahun 2023. Dalam dua dekade terakhir, emisi karbon terus meningkat akibat tingginya permintaan serta ketergantungan pada batu bara.

Meskipun dalam lima tahun terakhir penggunaan energi bersih telah memenuhi sekitar 33 persen dari total permintaan Indonesia, pemanfaatan sumber daya terbarukan seperti solar dan angin masih sangat minim. Hanya sekitar 1 persen dari potensi yang ada, jauh di bawah rata-rata global yang sebesar 15 persen.

Dalam laporannya, Ember mengatakan penggunaan sumber energi bersih untuk pembangkit listrik akan meningkat pesat dalam beberapa tahun ke depan, melampaui penggunaan bahan bakar fosil yang kian berkurang.

"Kini teknologi energi bersih, bukan bahan bakar fosil, yang menjadi pendorong pembangunan ekonomi. Era pertumbuhan bahan bakar fosil sudah berakhir, bahkan dengan tingginya permintaan energi di seluruh dunia," kata managing director Ember Phil Macdonald dalam pernyataannya, Selasa (8/4/2025).  

Analis senior kelistrikan Ember di ASEAN Dinita Setyawati mengatakan, dengan memanfaatkan potensi sumber energi surya dan angin, ASEAN dapat membuka pasar energi terbarukan untuk memenuhi permintaan energi dan target-target iklim.

"Dengan dukungan kebijakan yang kuat untuk mendorong penggunaan energi terbarukan, ASEAN memiliki potensi menjadi garda depan transisi energi," kata Dinita.

Direktur Program Asia Ember Aditya Lolla mengatakan transisi energi bersih di Asia berlangsung semakin cepat. Terutama didorong pertumbuhan pemanfaatan dan penggunaan energi surya dan energi terbarukan lainnya.

"Dengan meningkatnya permintaan energi di seluruh kawasan, sangat penting mendorong pasar energi bersih untuk terus memperluas pembangkit listrik energi bersih. Hal ini tidak hanya memperkuat ketahanan energi dan ketahanan ekonomi, tapi juga membantu negara-negara berkembang mengakses manfaat dari pasar energi bersih yang baru," kata Lolla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement