Rabu 09 Apr 2025 21:12 WIB

Ekonomi 11 Negara Asia Rentan Terdampak Perubahan Iklim, Indonesia Termasuk?

Laporan ini juga menyoroti adanya kesenjangan dalam menghadapi krisis iklim.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Sejumlah anak mengikuti kegiatan kampanye peduli iklim di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad (17/11/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah anak mengikuti kegiatan kampanye peduli iklim di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad (17/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, HO CHI MINH — Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) PBB menyebutkan ada 11 negara di Asia yang rentan terhadap dampak perubahan iklim dari sisi ekonomi makro. Kabar baiknya, Indonesia tidak termasuk dalam daftar negara yang rentan berdasarkan Laporan Survei Ekonomi dan Sosial Asia Pasifik yang dirilis ESCAP.

ESCAP mengidentifikasi 11 negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim dari perspektif ekonomi makro adalah Afghanistan, Kamboja, Iran, Kazakhstan, Laos, Mongolia, Myanmar, Nepal, Tajikistan, Uzbekistan, dan Vietnam.

Laporan tersebut juga menyoroti adanya kesenjangan signifikan antar negara dalam hal kemampuan menghadapi krisis iklim.

Laporan ESCAP menyoroti ketidaksiapan kawasan Asia-Pasifik dalam menghadapi guncangan iklim. Meskipun kawasan ini berkontribusi sebesar 60 persen terhadap pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2024, ESCAP menilai bahwa sejumlah negara masih belum siap mengatasi masalah iklim beserta implikasi dari transisi energi.

Laporan tersebut menggarisbawahi keterkaitan kompleks antara isu iklim dan kondisi makroekonomi. Selain itu, laporan ini juga mengidentifikasi berbagai tantangan terhadap ketahanan ekonomi negara-negara di Asia-Pasifik, termasuk perlambatan pertumbuhan ekonomi, tingginya risiko utang publik, dan meningkatnya ketegangan perdagangan.

"Meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dan semakin dalamnya risiko iklim menyulitkan para pembuat kebijakan fiskal dan moneter," ujar Kepala ESCAP, Armida Salsiah Alisjahbana, seperti dikutip dari VN Express pada Rabu (9/4/2025).

Ia menekankan bahwa penanganan perubahan iklim dan dampaknya terhadap perekonomian tidak dapat hanya mengandalkan kebijakan nasional semata. Menurutnya, negara-negara di kawasan Asia-Pasifik perlu berkoordinasi secara erat untuk menjaga prospek ekonomi jangka panjang.

Beberapa negara telah mengalokasikan dana untuk adaptasi terhadap perubahan iklim dan mengadopsi kebijakan yang lebih ramah lingkungan.

Namun, sejumlah negara lainnya masih menghadapi berbagai kendala, mulai dari pengetatan fiskal, sistem ekonomi yang melemah, hingga keterbatasan kapasitas dalam pengelolaan dana publik.

Meskipun pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang di kawasan Asia-Pasifik masih relatif kuat dibandingkan kawasan lain di dunia, rata-rata pertumbuhannya melambat menjadi 4,8 persen pada tahun 2024, turun dari 5,2 persen pada tahun 2023 dan 5,5 persen selama lima tahun sebelum pandemi Covid-19.

Untuk negara-negara kurang berkembang (LDCs) di kawasan ini, tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata pada tahun 2024 tercatat sebesar 3,7 persen. Angka ini jauh di bawah target pertumbuhan PDB sebesar 7 persen per tahun yang ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 8.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement