REPUBLIKA.CO.ID, PEKAN BARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi iklim wilayah Indonesia saat ini memasuki kondisi kemarau basah yang dapat berlangsung sampai dengan periode Mei 2025. Meskipun dalam musim kemarau basah, BMKG memperingatkan perlu ada antisipasi kemungkinan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan Provinsi Riau diprediksi akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei.
Kementerian Kehutanan mencatat luas kebakaran hutan dan lahan periode 1 Januari sampai 22 April tahun 2025 seluas 3.207,54 hektare. Dari jumlah itu, sebanyak 1.227,26 hektare atau 48,26 persen merupakan areal gambut dan 1.980,28 hektar atau 61,74 persen tanah mineral.
Sementara itu, tiga provinsi dengan luas karhutla terluas berturut turut antara lain Riau seluas 698,98 hektare, Kalimantan Barat 494,20 hektare, dan Aceh 296,11 hektare,
Sedangkan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau terjadi di Kabupaten Pelalawan dengan luas 639,57 hektare, Bengkalis 48,29 hektare, Kota Dumai 7,58 hektare, dan Kepulauan Meranti 3,54 hektare.
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam), Budi Gunawan dan Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menggelar Apel Kesiapsiagaan Penanganan Karhutla Nasional 2025 di Pekan Baru, Riau. Budi Gunawan menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi ancaman karhutla yang kerap melanda sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya di Riau.
Ia menambahkan, kerja sama yang solid menjadi kunci utama dalam pencegahan dan penanganan karhutla. Raja Juli Antoni menyampaikan Indonesia patut berbangga atas capaian pengendalian karhutla. Ia mencatat berdasarkan data terdapat penurunan tren karhutla.
"Kita pernah mengalami bencana karhutla yang memprihatinkan, tapi data menunjukkan kerja keras teman-teman semua sudah menunjukkan keberhasilan yang baik, jadi ada kebanggaan bahwa kita sudah belajar dan bekerja dengan baik, belajar dari kesalahan masa lalu dan memperbaiki diri sehingga tren karhutla terus menurun," kata Raja Juli.
Ia mengatakan terdapat tiga faktor yang berkontribusi dalam upaya pengendalian karhutla. Pertama, kolaborasi terpimpin yang semakin baik. Sebelumnya upaya penanganan dilakukan masing-masing, sekarang bergerak dalam satu koordinasi terpimpin.
Kedua, upaya pencegahan dan penegakan hukum yang lebih efektif. Raja Juli menyoroti penggunaan teknologi seperti Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang akan kembali digelar mulai 1 Mei 2025 di Riau.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat juga terus ditingkatkan, diantaranya melalui lomba pantun dan syair untuk membangun budaya sadar bahaya Karhutla.
Ketiga, semakin meningkatnya partisipasi aktif masyarakat. Ia menegaskan pemerintah terus memperkuat peran kelompok masyarakat peduli api, pramuka, masyarakat adat, dan berbagai elemen lainnya dalam upaya pengendalian karhutla di lapangan.